Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Studi Kasus Liputan Terorisme: Koran Tempo
Oleh Farid Gaban*
Persepsi masyarakat tentang terorisme di Indonesia dibentuk oleh pemberitaan media. Masyarakat, secara umum, menerima apa yang ditulis koran sebagai fakta.
Ketika seorang wartawan menulis "Teroris, yang mendalangi pembunuhan polisi, ditembak mati karena melawan", pembaca umumnya akan beranggapan si wartawan tahu persis:
- Tahu persis bahwa yang ditembak itu benar-benar teroris
- Tahu persis tahu bahwa yang ditembak itu mendalangi pembunuhan polisi
- Tahu persis bahwa mereka ditembak mati karena melawan
Tapi, benarkah si wartawan tahu persis tentang semua itu? Dalam banyak kasus, wartawan hanya mengutip sumber (polisi).
Sebenarnya, mudah menandai mana FAKTA (jurnalistik) dan KLAIM. Yakni dengan menelusuri sumber-sumber yang ada dalam sebuah berita. SOURCING, atau atribusi terhadap sumber, merupakan elemen terpenting dalam sebuah berita.
Mari coba kita lihat bagaimana media memberitakan kasus terorisme mutakhir (Ciputat). Saya mau mengambil sample Koran Tempo, karena ini salah satu koran terbaik di Indonesia, wartawannya pintar dan cerdas.
Hari ini Koran Tempo menurunkan headline:
"TERORIS CIPUTAT DALANG LIMA PENEMBAKAN POLISI"
http://koran.tempo.co/konten/2014/01/02/331340/Teroris-Ciputat-Dalang-Lima-Penembakan-Polisi
Berita headline mengandung enam alenia. Seluruh cerita (semua alenia) dibangun dari wawancara/pernyataan empat sumber:
1. Kapolri Sutarman
2. Ajun Inspektur Satu Patak Saktiyono
3. Humas Polri Boy Rafli Anwar
4. Pengamat teroris Noor Huda Ismail
Berita ini dilengkapi dengan berita lain di halaman dalam: "Pelaku Rencanakan Pengeboman 30 Vihara".
http://koran.tempo.co/konten/2014/01/02/331324/Pelaku-Rencanakan-Pengeboman-30-Vihara
Berita 8 alenia ini sepenuhnya dikutip dari satu (1) sumber: Boy Rafli Anwar.
Walhasil, hampir seluruh cerita teroris yang menjadi berita utama Koran Tempo ini, yang akan menancap di kepala pembacanya, dibangun dari KLAIM polisi. Sumber bukan polisi, Noor Huda Ismail, adalah pengamat yang dekat dengan polisi.
Berita headline Koran Tempo itu secara keseluruhan memperlihatkan polisi sebagai korban teroris. Bahwa rangkaian penembakan polisi beberapa bulan terakhir adalah ulah teroris. Termasuk kematian Brigadir Kepala Sukardi di depan Kantor KPK -- yang penjelasan masuk akalnya lebih karena persaingan bisnis pengawalan.
Koran Tempo juga membiarkan pernyataan kabur: teroris merampok uang untuk membiayai operasi teror di Poso (Sulawesi).
Apa sih sebenarnya Teror Poso itu? Dan apa sih motif para teroris (jika benar mereka teroris): benci polisi, suka akan teror di Poso, atau membela Muslim di Rohingnya (dengan membom Vihara, katanya)?
Detil-detil itu sepertinya tak penting dan agak membingungkan bagi pembaca awam. Tapi, mereka akan menangkap kesan umum: Polisi hebat membunuhi teroris. Tapi benarkah seperti itu?
Ini bukan kasus pertama. Dan tak hanya Koran Tempo yang menulis seperti itu.
Bayangkan bagaimana persepsi masyarakat dicekoki oleh KLAIM polisi seperti itu. Sementara para wartawan tunduk sebagai humasnya tanpa daya kritis.
*sumber: fb farid gaban
PKS PIYUNGAN 02 Jan, 2014
-
Source: http://www.pkspiyungan.org/2014/01/studi-kasus-liputan-terorisme-koran.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !