Headlines News :
Home » , » Di IBF Anis Matta Bicara Titik Temu Antara Islam, Modernitas, dan Keindonesiaan

Di IBF Anis Matta Bicara Titik Temu Antara Islam, Modernitas, dan Keindonesiaan

Written By Unknown on Thursday, March 6, 2014 | 2:27 AM

PKS PIYUNGAN

Web Berita Seputar PKS, Dakwah, Anis Matta, Kajian, Analisa, Politik Nasional Internasional dan Dinamika Masyarakat

Di IBF Anis Matta Bicara Titik Temu Antara Islam, Modernitas, dan Keindonesiaan
5:14:38 AMPKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com

Jakarta - Ketegangan antara Islam, modernitas, dan keindonesiaan telah berkembang selama bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Hal tersebut disampaikan Anis Matta saat peluncuran bukunya yang berjudul Gelombang Ketiga Indonesia, Rabu (5/3), di panggung utama Islamic Book Fair (IBF), Istora Senayan, Jakarta.

"Secara perlahan-lahan, saya menyadari ada ketegangan segitiga. Islam di satu sisi, kemodernan di sisi yang lain, dan keindonesiaan pada sisi yang lain," katanya.

Namun, menurut presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, ketegangan segitiga tersebut akan segera berakhir. Ini karena Indonesia akan segera memasuki era sejarah baru yang disebut dengan Gelombang Ketiga Indonesia.

"Setelah saya bergaul dengan lebih banyak orang dan para ahli sejarah, saya mulai melihat bahwa ketegangan ini akan segera berakhir. Akan ada titik temu antara Islam, kemodernan, dan keindonesiaan. Akan ada titik temu antara agama, pengetahuan, dan kesejahteraan. Titik temunya inilah yang saya rasakan sedang akan kita masuki. Proses menemukan titik temu ini yang saya sebut dengan 'Gelombang Ketiga Indonesia'," ungkapnya.

Anis, yang saat ini berusia 45 tahun, kemudian menjelaskan lima ciri masyarakat Indonesia pada gelombang ketiga. Lima ciri itu adalah penduduk Indonesia didominasi oleh orang-orang muda, khusunya yang berumur 45 tahun ke bawah, berpendidikan tinggi, berpenghasilan baik, terkoneksi secara luas ke seluruh dunia, dan native democracy (warga negara asli demokrasi).

Dengan lima ciri tersebut, maka Indonesia ke depan akan memiliki identitas baru. "Lebih religius, lebih berpengetahuan, dan lebih sejahtera. Itulah ciri Indonesia masa depan. Agama menjadi orientasi dan sumber moralnya. Pengetahuan menjadi sumber kompetensi dan produktivitasnya. Kesejahteraan itu output-nya," jelasnya.

Syarat mewujudkan masyarakat idaman seperti itu, simpul Anis, adalah dengan menanamkan optimisme di hati masyarakat. Sedangkan di tingkat negara, harus ada perubahan lingkup kerja, dari skala politik menuju skala peradaban.

"Sekarang, mari kita akhiri ketegangan antara agama, modernitas, dan keindonesiaan. Kita ubah menjadi sebuah model, bahwa orang Indonesia ke depan itu lebih soleh, lebih pintar, dan lebih kaya. Untuk itu, kita harus mengubah cara kerja negara agar masuk ke skala peradaban, tidak hanya dalam skala politik. Kira-kira, pemimpin seperti apa yang diperlukan untuk itu?" tutup sosok yang memiliki kans besar didukung oleh PKS untuk menjadi presiden itu.

Uniknya, ratusan penonton yang memadati area panggung utama IBF secara spontan menjawab, "Anis Matta!" (DLS/MFS/anismatta.net)




Logika Kampungan PKS
5:11:03 AMPKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com

Sudah beberapa malam ini, aku pulang cukup larut malam. Setelah pulang kerja, langsung nongkrong dengan warga. Mendatangi pusat-pusat tongkrongan warga di perkampungan hanya untuk sekedar ngobrol atau ketemu saja.

Dari nongkrong-nongkrong inilah, aku menemukan bagaimana mereka tetap dan terus bersama PKS. Logika-logika yang bisa saya simpulkan adalah sebagi berikut :

1. Siapapun calegnya yang penting PKS
Mereka memandang PKS secara institusi dan sistem. Bagi mereka siapapun calegnya, mereka tidak pernah peduli, karena dengan sistem kaderisasi yang kuat di PKS maka kapabelitas dan kompetensi caleg akan sama kualitasnya.

2. Melihat caleg bukan PKSnya
Mereka tertarik pada PKS bukan karena PKSnya, tetapi karena melihat calegnya. Bisa jadi karena caleg tersebut memberikan kontribusi positif personal kepada mereka. Bisa jadi karena adanya hubungan darah, pertemanan, emosi dan kesama-kesamaan lainnya.

3. Melihat kontribusi PKS
Mereka tertarik dengan PKS karena kiprah para kadernya dilingkungan mereka. Keaktifan kader PKS dalam berkontribusi dimasyarakat, seperti baksos, pendidikan anak usia dini, dan pengajian.

4. Dilibatkan dalam kegiatan PKS
Mereka tetap bersama PKS karena sering dilibatkan dalam acara dan kegiatan PKS. Juga, dilibatkan menjadi saksi, pengurus tingkat RT, RW dan Desa. Jadi seksi repot seperti pemasangan bendera, pamlet juga direct selling. Semakin banyak melibatkan mereka dalam PKS makan akan semakin banyak yang bergabung dan bersama PKS

5. Memperhatikan Media
Walau bombarding pemberitaan negatif ke PKS cukup gencar sejak kasus LHI, ternyata beberapa warga justru menjadi semakin terbuka. Kepenasaran mereka terhadap kasus LHI di TV, termasuk acara Lawyer Club di TV One juga kasus-kasus korupsi yang melanda partai-partai lain, mereka berkesimpulan bahwa PKS secara trak record masih memiliki rekam jejak yang lebih baik dari partai-partai lain.

6. Kinerja Kepala Daerah
Beruntung berada di wilayah yang Gubernurnya dari PKS. Saat ngobrol dengan mereka, banyak obrolan capaian-capaian positif yang dilakukan Ahmad Heriyawan sebagai Gubernur Jawa Barat.
Bagi kader Posyandu, saat ini Aher berhasil membangun Posyandu hampir di setiap RW, support honor dan fasilitas cukup baik. Bagi warga miskin, progaram listrik gratis, beda rumah cukup populer.

Bagi warga umumnya, pertambahan jumlah kelas sekolah, program infrastrukur Desa menjadi bahan obrolan warga tentang kesuksesan Aher.

7. Banyaknya atribut PKS
Rajinnya kader-kader PKS melakukan pemasangan atribut PKS cukup berpengaruh kepada opini warga kampung. Beberapa warga biasanya memilih berdasarkan arah angin yang sedang ramai. Bila atributnya banyak, banyak warga yang berfikir bahwa pendukungnya pun akan banyak.

Dengan logika takut kalah dan takut sendirian, biasanya beberapa warga yang berkarater seperti ini akan memilih PKS.

8. Kepribadian kader PKS
Walau tinggal dikampung, umumnya kader PKS memiliki ciri khas yang unik. Lebih berpendidikan, bisa mengelola keluarga dengan baik, bisa mendidik anak-anaknya. Dengan fenomena ini, biasanya menjadi acuan mereka bagaimana gambaran besar PKS dengan melihat bagaimana cara kader PKS mengelola keluarganya.

Sebenarnya masih banyak yang terekam dari obrolan bersama warga di desa saya. Semoga ini bisa menjadi bekal kemenangan PKS.


*by Nasrulloh Mu
(Kompasiana)


Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

PETA MEDAN JOHOR

PETA MEDAN JOHOR

REAL COUNT PILGUBSU 2018

REAL COUNT PILGUBSU 2018
DPC PKS Medan Johor by Zul Afkar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DPC PKS Medan Johor - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Zoel Afkar MK