PIYUNGAN ONLINE Portal Berita, Politik, Dakwah, Dunia Islam, Kemasyarakatan, Keumatan Polcomm: Elektabilitas Prabowo Salip Jokowi Gara-gara Debat | 9:13:33 PM | PKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| JAKARTA - Elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa disebut menyalip elektabilitas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hal itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan Political Communication Institute (Polcomm) setelah digelarnya putaran ketiga debat antarcapres.
Direktur Polcomm Institute Heri Budianto menyampaikan, elektabilitas Prabowo-Hatta unggul 1,5 persen dari elektabilitas rivalnya, Jokowi-Kalla. Ia menyebutkan bahwa elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 46,8 persen dan Jokowi-Kalla mencapai 45,3 persen.
"Elektabilitas Prabowo naik karena responden menilai penampilan Prabowo dalam debat putaran ketiga mampu tampil lebih meyakinkan dari Jokowi," kata Heri di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2014).
Selain karena hasil debat, kata Heri, publik juga mengaku terpengaruh pemberitaan media massa dan berita yang beredar di media sosial tentang hal negatif dari Jokowi atau PDI Perjuangan. Bahkan, Heri menyatakan banyak suara responden yang mengaku lebih setuju Jokowi menuntaskan pekerjaannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Heri menyampaikan, surveinya ini dilakukan di 33 provinsi setelah acara debat antarcapres, mulai 23-27 Juni 2014. Metode yang digunakan adalah multistage random dengan wawancara tatap muka pada 1.200 responden. Ia mengklaim surveinya ini memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan margin error sebesar tiga persen.
Biaya survei disebut berasal dari Pusat Studi Komunikasi dan Bisnis Universitas Mercu Buana bersama Polcomm.
Heri menambahkan, elektabilitas Prabowo-Hatta itu naik sekitar 3,5 persen dari survei sebelumnya. Dalam survei Polcomm pada 16-20 Juni 2014, elektabilitas Prabowo-Hatta ada di angka 43,3 persen, di bawah elektabilitas Jokowi-Kalla sebesar 46,4 persen. Dengan demikian, elektabilitas Jokowi-Kalla turun sekitar 1,1 persen.
"Angka undecided voters juga menurun, pada survei sebelumnya mencapai angka kumulasi 10,3 persen, sekarang menurun menjadi 7,9 persen," pungkas Heri. (KOMPAS)
|
Dukungan Nasdem Terhadap Jokowi Goyah | 9:10:27 PM | PKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| Dukungan Partai Nasdem terhadap pasangan Capres Cawapres Jokowidodo Yusuf Kallah, mulai goyah. Bahkan di internal Nasdem mulai terbelah. Pemicunya tak lain karena Surya Paloh merasa dikhianati mitra koalisinya PDIP.
Goyahnya dukungan Nasdem ke pasangan Capres Cawapres Joko Widodo Yusuf Kalla, diungkapkan Faizal Assegaf, yang mengaku masih aktivis Nasdem, sebagaimana ia tulis dalam facebooknya, Kamis (3/7/14).
Seperti ditulis Faizal, seminggu lalu secara kebetulan ia berkumpul dengan sejumlah petinggi DPP Nasdem dan terlibat pembicaraan serius seputar situasi jelang Pilpres 9 Juli.
Mereka kata Faizal, sengaja mengajaknya, dengan alasan saya masih aktivis Nasdem yang belum dipecat oleh Ketua Umum Surya Paloh. (terima kasih atas apresiasinya). Menurut aktivis 98 ini, dalam pertemuan terbatas tersebut, terungkap ihwal internal Nasdem yang makin kacau-balau serta sikap Surya Paloh yang mulai goyah karena menganggap telah dikhianati oleh mitra koalisi PDIP. Intinya Surya Paloh telah dimarginal karena dianggap tidak efektif dan meyakinkan mitra koalisi untuk bekerja keras memenangkan Jokowi.
Dalam perbincangan itu, kata Faizal, komentar rekan-rekan senior ( ia tak menyebut rekan rekan senior itu siapa), dan orang-orang yang saya kenal begitu dekat degan Surya Paloh, spontan saya bertanya: "Kalau benar pak Surya Paloh sudah kehilangan selera berkoalisi dengan PDIP, tapi mengapa Metro TV masih getol dan membabi-buta mendukung Jokowi.?"
Menjawab pertanyaan itu, "Soal metro tv karena terikat dengan bayaran sponsor senilai 120 miliar lebih dan hal itu juga tidak begitu efektif karena jangkauan metro tv sangat kecil dan tidak memberi pengaruh apa-apa ke publik.," ujarnya.
"Saya terdiam dan mencoba berpikir jernih, kok tumben para senior NasDem menunjukan signal kekecewaan yang begitu dalam dengan mitra koalisinya. Memang tidak banyak yang tahu kalu NasDem berkoalisi dengan PDIP tidak melalui urung rembuk (musyawarah nasional) yang melibatkan unsur-unsur DPC dan DPW. Tapi koalisi itu adalah keputusan pribadi Surya Paloh dan segelintir orang di sekitarnya, yakni Enggartiasto Lukita, Jannet dan Akbar Faisal" katanya.
" Kelompok ini di internal NasDem dikenal sebagai makelar politik, yang sering kali menuai kecaman dari internal Nasdem karena dianggap sering menjebak Surya Paloh dengan deal-deal politik transaksional" Lebih jauh saya tanyakan: "Kalau benar Surya Paloh dan DPP NasDem sudah kecewa dengan PDIP, lantas bagaimana dengan kerja mesin partai.?"
Mereka tegaskan bahwa 80 persen pengurus NasDem di daerah-daerah telah mengambil posisi mendukung Prabowo namun tidak melalui simbol-simbol NasDem, dan hal itu diketahui oleh Surya Paloh, sikap beliau pasif mengisyaratkan apa yang dilakukan oleh kawan2 di daerah dibiarkan. Luar biasa, sebelumnya memang saya telah mengatahui bahwa secara pribadi Surya Paloh akan mendukung Jokowi, namun saya tidak yakin kalau infrastruktur Nasdem seluruh daerah akan mendukung.
Sebagai misal, pengurus DPW Nasdem di DKI Jakarta, Jabar dan Jatim, sejak dua bulan lalu telah melebur dan bergabung dengan Tim Prabowo. Hal serupa juga berlangsung di daerah lainnya. Melalui kesempatan ini saya sampaikan simpati yang dalam kepada sahabat-sahabat NasDem di seluruh Indonesia yang telah bersikap kritis untuk tidak terjebak mendukung Jokowi. Selanjutnya kepada pak Surya Paloh, saya kira sangat tepat bila mengambil sikap untuk meninggalkan mitra koalisi PDIP.
Tindakan itu perlu selaku Ketum NasDem agar publik dapat menghormati banpak selaku tokoh yang mengusung RESTORASI. Dan mana mungkin semangat restorasi harus bermitra dengan PDIP yang sejauh ini dikenal oleh rakyat sebagai partai pembela kepentingan konglomerasi hitam. Demikian catatan kecil ini saya buat, semoga bermanfaat dan saya bersedia untuk mempertangungjawabkan apa yang saya sampaikan di atas.***
sumber: http://www.dakta.com/2014/07/dukungan-nasden-terhadap-jokowi-goyah/
|
"Senyuman Langit" | Salim A. Fillah | 8:57:44 PM | PKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| Inilah kota berjuluk sepotong Syam yang jatuh di Hijjaz; ialah Thaif, di tahun kesebelas kenabian.
Sungguh penduduk kota ini sama sekali tak sesejuk cuaca negerinya, bahkan mereka lebih garang dari angin gurun Tihamah. Inilah Sang Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang telah ditolak oleh tiga bersaudara putra 'Amr Ats Tsaqafi, pemimpin Thaif, tetap berupaya menyampaikan risalahnya.
Maka orang-orang yang takut kedatangan Muhammad merusak niaga mereka dengan Makkah ini makin murka atas seruan Sang Rasul. Mereka berkerumun, mencerca dan meneriakinya. Dari dua barisan mereka mengejar dan melemparinya dengan batu. Tubuh Nabi itu lebam. Kakinya luka. Darah meleleh membasahi terompahnya. Zaid ibn Haritsah yang membentengi dengan tubuhnya, entah berapa rajaman yang tertoreh di kepala dan badannya.
Sang Nabi dihinakan dan diusir. Dia terus dikejar dan disakiti hingga tiga mil kemudian sampai di kebun anggur milik putra-putra Rabi'ah. Di sinilah mereka lalu meninggalkannya dan kembali ke Thaif. Adapun Rasulullah, tertatih beliau menghampiri sebatang pohon anggur, lalu duduk beristirahat meredakan rasa sakit yang zhahir maupun batin. Dengan senyum yang tertengadah ke langit namun airmata melelehi pipinya yang mulia, segala aduan hanya tertuju pada Penciptanya.
Utbah dan Syaibah ibn Rabi'ah yang sedang ada di kebunnya merasa iba melihat keadaan cucu 'Abdul Muthalib itu. "Hai Addas", panggil salah satu di antara keduanya kepada seorang pembantu, "Ambillah setandan anggur dan serahkan pada lelaki di sana itu."
Addas beranjak menemui Sang Nabi. Diulurkannya anggur itu dan beliau menerimanya dengan tersenyum. "Siapakah namamu wahai saudara yang mulia?", tanya Rasulullah. "Namaku Addas. Aku hanyalah pembantu Tuan Utbah dan Tuan Syaibah." Addas memperhatikan, ketika memetik sebulir anggur dari tangkai, lelaki lusuh dan terluka namun berwajah seri itu menyebut nama Allah.
"Bismillaahirrahmaanirrahiim", ucap Rasulullah sambil mengulurkan kembali anggurnya untuk menawari Addas. Addas menggeleng dan tersenyum.
"Kata-kata itu tak pernah diucapkan oleh orang-orang di negeri ini", kata Addas.
"Dari manakah asalmu hai Addas, dan apa pula agamamu?"
"Aku seorang Nasrani. Aku penduduk negeri Ninaway."
"Oh, dari negeri seorang shalih bernama Yunus ibn Matta?", tanya Sang Rasul dengan penuh minat begitu Adas menyebut nama negeri asalnya. Mata Addas mengerjap, pupilnya melebar. Lelaki ini benar-benar membuatnya tertarik.
"Apa yang kau ketahui tentang Yunus ibn Matta?", tanya Addas.
Sang Utusan tersenyum. "Dia saudaraku. Dia seorang Nabi, dan akupun seorang Nabi."
Mendengar itu, Addas langsung merengkuh kepala Rasulullah. Dikecupnya dahi beliau dengan penuh cinta, diciumnya tangan beliau dengan penuh hormat, dan dikecupnya kaki beliau dengan penuh khidmat. Melihat kejadian itu Utbah dan Syaibah saling berbisik. "Demi Allah", kata Utbah, "Muhammad telah merusak pembantu kita itu!"
Yang tertarik itu menarik. Maka Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah pribadi yang paling menawan di langit dan bumi, sebab cinta dan perhatiannya pada setiap insan yang dihadapi. Inilah kaidah penting pergaulan yang harus dihayati para da'i. Alih-alih menghabiskan waktu membuat orang-orang menyadari pesona kita, jauh lebih bermanfaat bagi seorang pejuang untuk tertarik pada mereka yang diserunya menuju kebenaran. Ialah ketertarikan pada diri lawan bicara, dan segala hal yang terkait mesra dengan mereka. Addas, Ninaway, dan Yunus ibn Matta umpamanya.
Sesungguhnya ketampanan, kepandaian, dan ketaatan pada Allah memang pesona yang menawan mata maupun rasa. Tetapi alangkah memuakkan sesosok insan yang gemar mengunjuk-unjukkan betapa rupawan, betapa cerdas, dan betapa shalih dirinya. Yang dinanti para manusia dari setiap keunggulan jasmani maupun akal, juga kemesraan kita dengan Allah; hanyalah akhlaq mulia. Bukan yang lain.
Maka seperti Rasulullah, biarkan tangis kita tumpah-ruah hanya pada Allah; dan izinkan sesama merasakan manisnya senyuman langit yang merasuk ke hati mereka, sebab ia berhulu dari ketulusan dalam dada.
Salim A. Fillah
(http://salimafillah.com/senyuman-langit/)
|
|
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !