PIYUNGAN ONLINE Portal Berita, Politik, Dakwah, Dunia Islam, Kemasyarakatan, Keumatan Mana Suara Analis Katanya Dolar Turun Rp 10.000 Kalau Jokowi Presiden | 8:08:50 PM | PIYUNGAN ONLINEhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
|
Berkait dengan kenaikkan BBM, dimana pemerintah tetap menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia turun, sebetulnya bukan hanya masalah beban yang harus ditanggung rakyat akibat kenaikkan harga BBM yang berdampak pada semua biaya hidup mulai dari kebutuhan pokok, makanan jadi, barang pabrikan, ongkos transportasi dll, tetapi juga pada sikap Presiden dan Wapres baru yang pada akhirnya terkesan tidak menjalankan "jualan" mereka pada saat kampanye.
Kalau sekarang mereka beralasan, bahwa menaikkan BBM tetap dilakukan, meski minyak dunia turun, karena Dolarnya melemah. Maka yang ingin kami tanyakan sebagai rakyat, kepada pemimpin Indonesia adalah, apa sebetulnya faktor utama yang bisa membuat Rupiah menguat?
Dari hasil baca kanan-kiri, selain faktor eksternal, faktor utama menguatnya Rupiah adalah kalau pasar TRUST pada keamanan dan ekonomi Indonesia. Nah siapa yang bisa meyakinkan pasar atas masa depan Indonesia dan keamanan Indonesia? Ya Pemimpin Indonesia. Artinya kalau sekarang pasar tidak trust dengan keamanan dan perekonomian, ya akibatnya pasar uang mudah digoyang dan posisi bisa terus melemah.
Dengan kondisi melemahnya Rupiah bukan hanya terhadap Dolar tapi juga hampir dengan semua mata uang dunia, berarti pasar uang "tidak percaya" alias "tidak yakin" dengan pemimpin Indonesia saat ini!
Nah, kita rakyat juga pengin tanya kemana larinya para analis, termasuk analis lembaga -lembaga internasional yang mengatakan, bila Jokowi-Jk menjadi Presiden maka Rupiah akan menguat ke 10 ribu, bahkan ke Rp 9000. Apa pertimbangan para analis yang kemudian dimuat berbagai media, saat menganalisa menjelang Pilpres kemarin? (salah satu berita detikcom. Bank Asing: Percaya Atau Tidak, Dolar Turun ke Rp 10.000 Kalau Jokowi Presiden)
Ayo para Analis bertanggungjawablah terhadap apa yang Anda ucapkan, termasuk media yang memuat. Kenapa Anda tidak bersuara saat Rupiah terus memble terhadap Dolar, dan akibatnya sekarang rakyat yg harus menanggung karena BBM dinaikkan dengan alasan Rupiahnya melemah?
Buat Pak Presiden dan Wakilnya, ayo lakukan tindakan nyata yang bisa membuat Rupiah kembali menguat, karena sejak reformasi hidup kita sudah habis ditentukan oleh Dolar saking banyaknyabarang impor, dibandingkan ekspor kita. Coba tanyalah pada Analis yang dulu mengatakan, bahwa Rupiah akan menguat bila bapak jadi Presiden....coba tanya pada mereka bagaimana caranya menguatkan nilai tukar Rupiah!
*dari wall fb Nanik Sudaryati
|
PKS: Hitungan Angka Kenaikan Harga BBM Harus Transparan | 8:00:00 PM | PIYUNGAN ONLINEhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| Presiden Joko Widodo telah menetapkan harga BBM bersubsidi naik sebesar Rp.2000 per liter menjadi Rp. 8.500 per liter pada Senin (17/11/2014) malam. Menyikapi hal ini, perlu dipertanyakan secara jelas bagaimana hitungan angka Rp 8.500 itu.
Hal tersebut disampaikan oleh Sukamta, anggota DPR RI pada hari ini (18/11/2014) di Senayan, "Saya kok tidak yakin ya dengan angka keekonomisan Rp. 8.500. Apakah benar harga BBM yang ditetapkan pemerintah Rp. 8.500 itu angka ekonomis? Bagaimana hitungan angkanya? Berapa harga produksi, transportasi dan keuntungan? Kita ingin pemerintah transparan terkait hitung-hitungan ini, agar masyarakat tidak lagi menjadi sapi perahan."
Anggota DPR RI dari Fraksi PKS ini menambahkan bahwa semestinya negara memberi layanan, karena energi itu kebutuhan rakyat banyak. Rakyat berhak bertanya. Apa sebetulnya target pemerintah menaikkan harga BBM mnejadi Rp. 8.500? Untuk menambah ruang fiskal atau ada agenda lain di balik itu? Kalau untuk menambah ruang fiskal misalnya ada 1001 jalan, lalu kenapa ambil jalan ke-1002?
"Kalau harga BBM Pertamina premium Rp. 8.500, maka ini selisihnya tidak terlalu signifikan dengan harga premium beroktan 92 milik SPBU asing yang malah turun harga berkisar di angka Rp. 9.000-an," ujar doktor lulusan Inggris ini.
Menurut Sukamta, dengan selisih harga yang tipis itu justeru akan mengalihkan sebagian masyarakat untuk menggunakan BBM oktan 92 dari SPBU asing dari pada BBM premium Pertamina dengan oktan di bawahnya atau bahkan dengan oktan yang sama (pertamax) sekalipun.
"Sudah menjadi pengetahuan kita bersama kualitas BBM perusahaan minyak asing lebih baik dengan oktan yang sama. Jika benar asumsi ini yang terjadi, maka hal ini akan menumbuhsuburkan perusahaan minyak asing dan menenggelamkan Pertamina. Dengan demikian perusahaan-perusahaan minyak asinglah yang akan sangat diuntungkan di sini. Dan, sekali lagi jika asumsi ini benar, maka terlihat keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan asing dari pada kepentingan rakyat banyak," ujar legislator dari Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
|
|
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !