PIYUNGAN ONLINE Portal Berita, Politik, Dakwah, Dunia Islam, Kemasyarakatan, Keumatan Gara-gara Ruhut, Pemilih Ramai-ramai Pilih Prabowo | 9:05:21 PM | PKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| Jurubicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul dinilai tidak konsisten. Klaim dapat restu dari Ketum Demokrat SBY untuk mendukung Jokowi-JK menunjukkan seorang Ruhut adalah pragmatis.
"Ruhut inkonsistensi," ujar pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago alias Ipang kepada redaksi, Senin (30/6).
Namun disisi lain, Ipang melihat Ruhut realistis. Mungkin karena di Demokrat tidak ada jabatan yang menjanjikan setelah SBY lengser dari kursi presiden. Dan Ruhut melihat SBY sebagai kapal yang mau tenggelam alias karam.
"Ruhut tidak menjalankan politik kelas tinggi. Bagaimana mungkin mendukung capres Jokowi dari PDIP, padahal dari dulu dia paling pedas mengkritik dan menjelekkan Megawati dan PDIP," terangnya.
Ipang menambahkan, bergabungnya Ruhut ke kubu Jokowi-JK, belum tentu mendapat empati dari publik.
"Dan bisa saja sebaliknya. Gara-gara Rahut ada di tim Jokowi, yang awalnya memilih Jokowi, akhirnya beramai-ramai pilih Prabowo," tandasnya. [rus/rmol]
|
Pengamat: Sikap Pendukung Jokowi Jauh dari Etika dan Nilai Agama | 9:05:02 PM | PKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| JAKARTA -- Pengamat Politik Jari Nusa, Deni Lesmana, mengatakan sikap para pendukung calon presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mencerminkan nilai keagamaan dan etika. Sikap macam itu muncul karena pendukung Jokowi dinilainya telah kehabisan 'amunisi' untuk menjatuhkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa.
"Kasihan mereka," kata Deni, di Jakarta, Ahad (29/6)
Sejauh ini, Deni mengatakan, Jokowi hanya sibuk membangun pencitraan untuk mendongkrak elektabilitasnya yang teelah mandeg di bawah 40 persen. Salah satunya dengan shalat berjamaah. Cara macam itu, dinilai Deni, hanya untuk membeli hati orang Islam sesaat saja.
Deni juga memberikan contoh bagaimana sikap dari pendukung Jokowi. Salah satunya seperti yang diperlihatkan oleh budayawan, Butet Kartarejasa. Butet yang menjadi pendukung Jokowi menyebut pemilih nomor 1 sebagai pihak yang belum waras. ''OBRAL!!! KHUSUS YANG BELUM WARAS. PILIH 1 dapat bonus: 1. Kemewahan untuk kuda. 2. Lumpur untuk rakyat. 3. Korupsi bersama sapi,'' tulis Butet dalam akun Twitter @masbutet.
*ROL |
Tim Jokowi Benci Islam, Setelah Wimar Muncul Butet | 9:01:57 PM | PKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| Jakarta - Setelah Wimar Witoelar, gaya banyolan budayawan Butet Kertaredjasa, memunculkan polemik baru di ajang pertarungan antar calon presiden dan calon wakil presdien.
Di akun Twitter @masbutet, pemeran tokoh Sentilun di acara "Sentilan Sentilun" MetroTV, itu menyebut "pemilih nomor 1? sebagai pihak yang belum waras. "OBRAL!!! KHUSUS YANG BELUM WARAS. PILIH 1 dapat bonus: 1. Kemewahan untuk kuda. 2. Lumpur untuk rakyat. 3. Korupsi bersama sapi," tulis @masbutet.
Beberapa hari lalu, pemain teater kenamaan ini juga telah mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla. Butet bersama ratusan seniman dan relawan menggelar acara Kirab Budaya dan Deklarasi Jogja Istimewa untuk Jokowi-JK pada 24 Juni 2014 lalu.
Status Butet itupun membuat geram banyak pihak. Penulis yang juga sastrawan Edy A Effendi menilai, sebutan sebagai budayawan tidak pantas disandang Butet. "Butet K memang pelawak. Klaim budayawan sepertinya tak pantas disandang dengan sikap kasarnya. Bukankah agama Kristen ajarkan kasih sayang?" tulis Edy di akan Twitter @eae18.
Edy menilai, tak pantas Butet men-cap orang atau pihak yang berbeda pilihan terkait Pilpres, sebagai orang yang tidak waras. "Kebencian terhadap Islam, akhirnya dilampiaskan dalam era pilpres. Sebagai pelawak, tentu Butet sadar. Orang Islam, Kristen, Buddha, Hindu yang sudah mengenal dengan baik titah-Nya, tak akan sanggup keluarkan kata-kata kasar," tulis @eae18.
@eae18 juga menulis: "Butet K juga pernah nyinyir soal Perang Badar jadi Perang Bandar. Apakah sebagai budayawan dan beragama Kristen diajarkan sifat seperti ini?" cetusnya lagi.[ris/inilah] |
Ini Beda Gestur Abraham Samad Saat Dampingi Prabowo dan Jokowi di KPK | 9:00:03 PM | PKS PIYUNGANhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com |
| Dua pasang calon presiden dan calon wakil presiden 2014 sudah melaporkan harta kekayaan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, ada yang menarik mengamati gestur Abraham Samad, Ketua KPK, saat menghantarkan kedua pasangan keluar gedung untuk lakukan konferensi pers dengan wartawan.
Pasangan Prabowo-Hatta terlebih dulu datang ke KPK untuk klarifikasi harta kekayaan, Rabu (25/6/2014). Abraham Samad tampak kompak dengan pasangan nomor urut satu itu yakni memakai baju batik lengan panjang.
Begitu pun saat menghantar keluar dari gedung KPK untuk melayani pertanyaan wartawan, Samad tampak kikuk menempatkan diri. Seperti susah mengambil posisi, apakah harus di tengah antara Prabowo dan Hatta, atau di samping kiri Prabowo.
Saat Prabowo akan mulai berbicara, Samad mempersilahkan Prabowo dengan sopan. Ketika Prabowo mulai berbicara di hadapan wartawan, Samad mendengarkan dengan khidmat sambil posisi tangan saling menggenggam lurus di bawah.
Berbeda saat menemani capres nomor dua Joko Widodo (Jokowi), Kamis (26/6/2014). Gestur Samad tampak sedikit kacau. Menemani Jokowi keluar dari gedung KPK untuk menemui wartawan, Samad berjalan dengan memasukkan dua tangan di saku celana.
Lalu, ketika hampir sampai di tempat konferensi pers, Samad tampak menghentikan langkah Jokowi dengan tangan kirinya dan posisi tangan kanannya masih di dalam saku.
Menurut etika bahasa tubuh (gestur), sikap memasukkan tangan dalam saku menandakan seseorang tidak yakin dengan apa yang dibicarakan orang lain. Selain itu juga orang tersebut menyembunyikan sesuatu dan kurang terbuka. (globalindo/intriknews) |
|
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !