Official Website DPW PKS SUMUT
Survei LSN: Elektabilitas Prabowo-Hatta 46,6 Persen, Jokowi-JK 39,9 Persen | | pkssumut.or.id, JAKARTA - Hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN) menyimpulkan bahwa elektabilitas calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa berada di atas pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla. Elektabilitas Prabowo-Hatta disebut mencapai 46,6 persen dan Jokowi-JK sebesar 39,9 persen. Sebanyak 13,5 persen responden mengaku belum mengambil keputusan.
Peneliti LSN, Gema Nusantara mengatakan, survei itu dilakukan pada 23-26 Juni 2014 terhadap 1070 responden yang tersebar di 34 provinsi. Margin of error atau simpangan kesalahan sebesar 3 persen.
Dia mengatakan, sebagian besar responden memilih Prabowo-Hatta karena menilai pasangan tersebut sebagai sosok yang tegas. Responden yang mempertimbangkan ketegasan Prabowo-Hatta sekitar 62,2 persen.
"Kemudian 12,5 persen menilai visi dan misinya; 6,1 persen menganggap cerdas; 5,2 persen kepribadiannya bagus; 3,6 persen berharap perubahan; 2,6 persen mengatakan leadershipnya bagus; 1,1 persen berpengalaman memimpin; 1,1 persen merakyat; 1,1 persen jujur; 2,6 faktor lainnya; 1,9 persen menjawab tidak tahu," kata Gema saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Minggu (29/6/2014).
Adapun responden yang memilih Jokowi-Kalla, menurut Gema, sebagian besar beralasan Jokowi-Kalla sebagai sosok yang merakyat. Sebanyak 42,1 persen responden menilai keduanya sebagai sosok pemimpin yang merakyat. Hanya 2,2 persen yang menganggap keduanya tegas.
"Sebanyak 17,4 persen (menilai) sederhana; 8,9 persen visinya bagus; jujur 7,1 persen; berpengalaman memimpin 5,4; tertarik kepribadiannya 4,4; kesamaan asal daerah 3,5; ingin perubahan 1,9; faktor lain, 4,5; lalu tidak tahu atau tidak menjawab 2,6 persen," tuturnya.
Menurut dia, suara Prabowo-Hatta tersebar di wilayah yang berpenduduk padat, misalnya Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Sedangkan Jokowi-Kalla menuai suara di Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku.
"Karena Prabowo-Hatta unggul di wilayah penduduk besar, maka elektabilitas Prabowo-Hatta di atas Jokowi-Kalla," ucapnya.
Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry mengatakan, Prabowo-Hatta cenderung memperoleh dukungan dari kalangan petani. Sementara Jokowi-Kalla lebih mendapat dukungan dari kalangan buruh.
Menurut Umar, kalangan petani cenderung mendukung Prabowo karena Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu diidentikan dengan tokoh yang peduli pertanian.
Mengenai pembiayaan survei, Umar mengaku bahwa survei ini dibiayai dengan dana pribadi LSN. Biaya survei, menurut Umar, cukup murah, yakni sekitar Rp 40 juta-an karena survei ini berjenis quick survei, bukan field survei atau survei lapangan.
"Untuk Rp 40 jutaan, LSN masih mampu biayai dengan duit sendiri. Kita bisa bikin setiap minggu quick survei karena dananya kecil, beda dengan survei lapangan yang minimal Rp 600 juta, itu butuh dukungan dana dari sponsor kalau Rp 600 juta," ujarnya. [kompas] |
Pengamat Politik: Debat Cawapres Giring Swing Voters ke Prabowo-Hatta | | pkssumut.or.id, JAKARTA - Pengamat politik Universitas Indonesia, Agung Suprio, menilai debat capres putaran keempat tadi malam sangat mempengaruhi swing voters. Di mana mereka berasal dari kelompok menengah yang belum menentukan pilihan.
Menurut dia, ketidakmampuan Jusuf Kalla mengusai panggung debat calon wakil presiden, menjadi keuntungan bagi rivalnya, Hatta Rajasa.
"Debat cawapres ini niscaya akan menggiring swing voters untuk menentukan pilihannya ke arah Prabowo-Hatta," kata Agung di Jakarta, Minggu malam, 29 Juni 2014.
Ia menambahkan, dalam dialog kali ini Hatta tampak mendikte Kalla. Selain itu, secara penampilan Hatta tampak lebih menguasai panggung. Ini di luar perkiraan di mana keduanya akan bertarung seimbang dalam debat kali ini.
Baginya, salah satu kesalahan Kalla adalah saat memberikan contoh mengenai revolusi mental yang terus dikumandangkan pasangan Jokowi-JK. Ini menjadi catatan krusial dalam debat kali ini.
"JK memberikan contoh yang kurang pas, seperti cerita si kancil harus dihapus, karena tidak sesuai dengan revolusi mental. Padahal, dalam perspektif berbeda, si kancil itu bisa dianggap cerdik, bukan pencuri," jelasnya.
Baginya, sikap Kalla yang akan menghapus cerita si kancil seperti gaya Orde Baru. Di mana selalu melarang segala bentuk ekspresi yang bertentangan dengan visi-misi Orde Baru.
Terjebak Nostalgia
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, dalam debat putran keempat ini, Kalla gagal menunjukkan kegemilangannya seperti pada saat debat pertama. Padahal, banyak yang memprediksi itu akan terjadi saat keduanya saling berhadapan.
"JK banyak terjebak pada nostalgia cerita lama, saat dirinya menjadi wakil presiden SBY. JK juga kurang maksimal menyampaikan visi misinya kelak bila terpilih menjadi Wapres Joko Widodo. Ini terbalik dengan Hatta yang mampu memperkuat Prabowo sebelumnya," katanya.
Bagi Hendri, secara konten keduanya menyampaikan materi yang berbobot. Pandangan Hatta tentang inovasi teknologi dan kewirausahaan untuk mengatasi bonus demografi sangat tepat.
"JK juga cukup mampu menjelaskan tentang maksud revolusi mental yang sering didengungkan. Debat dua mantan bintang pada kabinet SBY ini memang sangat menarik dibanding debat sebelumnya, karena sarat konten strategic dan implementatif secara bersamaan," paparnya.
Terkait moderator, ia memberi catatan khusus. Di mana moderator tampak kikuk dan gugup untuk membangun dan menggali materi yang telah disiapkan KPU.
"Catatan untuk KPU untuk mempersiapkan moderator lebih advance untuk debat putran terakhir. Moderator kerap melakukan blunder yang nyaris merugikan salah satu pasangan," tuturnya. [viva] |
|
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !