Barack Obama adalah Presiden AS pertama dalam sejarah yang berhasil "melukis pelangi" di Gedung Putih. Keputusan pernikahan sejenis yang dilegalkan oleh Amerika Serikat itu tentu mengguncang dunia. Selebrasi yüang menyedihkan, yang merontokkan kehidupan masyarakat tak terkecuali bagi Indonesia.
Nyatanya, kehidupan Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender (LGBT) ada di sekitar kita. Sangat mengerikan.
"Sungguh kalian benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?!" Seru Nabi Luth mengajak kaumnya bertaubat.
Namun kaum LGBT masa itu tetap keras kepala. Tak jauh beda dengan yang sekarang ini.
Lalu, seperti apa penularan penyakit gay itu?
Berikut wawancara penulis (B) dengan seorang narasumber (A) yang menceritakan temannya yang ternyata seorang gay.
A: Temen saya ini orangnya sama sekali ngga kelihatan kecewekan. Wis pokoke nggak nyangka lah.
B: Manly habis?
A: Kehidupan gay itu sangat keraslah, nggak ada yang namanya kesetiaan, setidaknya itu kehidupan temen saya yang nyebur (walaupun ada orang yang setia, jarang itu mah). Bukanmanly sih, apa ya, kek cowok-cowok biasa gitu lah.
Itu katanya lho om, dia udah berganti pasangan belasan orang mungkin.
Yang lebih heran lagi dia berperan sebagai ceweknya gimana ya, ngerti maksud ane kan? Istilah mereka bottom.
B: oh paham. Aneh bahasanya. Awal cerita si laki-laki tersebut gimana?
A: Awalnya ya, dari kecil ya begitu, udah ada "bakat". Sadarnya nggak jelas, mungkin ketika SMP, yang jelas waktu SMA dia itu sempet jadisecret admirer-nya salah satu temen saya SMA. Nah keceburnya waktu kuliah. Saya juga tahunya baru-baru ini, pas dia cerita pertama kecebur itu.
Intinya waktu kuliah di Malang kan sempet satu kost temennya yang normal (bukan gay). Ceritanya. aduh rada nggak enak ceritain, siap-siap mual ya mas. Jadi temen saya tuh nggerayangin temen kostnya yang normal. Sontak kan temen kostnya kaget, untungnya temen kostnya diam, tapi tentu saja takutlah temennya itu.
Dari situ temen saya itu depresi, sampai mau bunuh diri gara-gara merasa bersalah. Dalam kondisi seperti gitu, temen saya kenalan sama mahasiswa kedokteran. Yang ternyata mahasiswa itu gay.
Temen saya yang depresi tadi sering diajakin hang out berdua. Aih, saya ngebayanginnya udah nggak enak. dari situ si temen saya depresinya hilang. (Bukannya sembuh) malah jadi seneng. Lama kelamaan hubungan mereka malah semakin gila, sampai melakukan ML (making love) versi mereka.
Saya nangkepnya ya, hubungan itu kek maksiat lainnya, jadi semakin didekati, semakin ingin lebih jauh, awalnya kek merasa berdosa, tapi lama-lama rasa itu pupus sedikit demi sedikit, ganti rasa addict.
B: Nasib si korban tadi gimana?
A: Walah saya nggak tahu, temen saya belum pernah cerita lagi tentang teman kostnya tadi. Yang jelas temen saya cerita kek gitu. Setahu saya temen kostnya itu pindah deh. Ketakutan gitulah.
B: Bentuk nasihat mas saat itu apa?
A: Saya awalnya diam aja mas, dalam posisi seperti ini lihat dulu si subyeknya, apa dia bener-bener niat terjun ke dunia gay, atau berniat akan balik ke dunia normal. Saya tahu kalau tenyata temen saya itu juga pengin normal. Dari situ saya cuma ngomong, setiap manusia itu dikasih cobaan. Cobaan itu bukan beban tapi bukan pula yang harus dituruti, jadi cobaan itu adalah nikmat yang bisa memberi pelajaran kepada kita.
B: Berarti dia saat ini sudah mulai sembuh?
A: Sekarang kelihatannya dia lebih positif. Dalam artian kelihatan bebannya berkurang banyak dari statusnya.
B: Alhamdulillah.
A: Belum sembuh sih, tapi sekarang dianya keliatan lebih ikhlas (kenapa belum sembuh? Soalnya dia pernah ngepost donlotan film bertema gay di fb-nya).
Astagfirullah al adzim.
Penulis: Muhammad Sholich Mubarok
http://bersamadakwah.net/kisah-nyata-kaderisasi-hingga-mau-bunuh-diri-jadi-sesama-jenis/
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !