Headlines News :
Home » » PIYUNGAN ONLINE

PIYUNGAN ONLINE

Written By Unknown on Friday, June 19, 2015 | 9:31 PM

Your RSS feed from RSSFWD.com. Update your RSS subscription
RSSFWD
PIYUNGAN ONLINE

PIYUNGAN ONLINE

Portal Berita, Politik, Dakwah, Dunia Islam, Kemasyarakatan, Keumatan

JEMAAT ISLAM NUSANTARA
12:06:09 AMPIYUNGAN ONLINEhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com

JEMAAT ISLAM NUSANTARA (JIN)

Oleh Habib Muhammad Rizieq Syihab*
Imam Besar FPI

Sejak terbitnya fatwa MUI pada tahun 2005 tentang kesesatan Sepilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), maka kalangan Sepilis sibuk mencari nama baru yang manipulatif sehingga mudah menipu, menjebak dan membodohi masyarakat awam.

Akhirnya, mereka gonta-ganti nama, sebentar Islam moderat, sebentar Islam inklusif, sebentar lagi Islam multikulturalisme, namun tetap tidak laku, karena masih ada aroma bahasa asing (Inggris), sehingga tetap dicurigai oleh masyarakat.

Kini, mereka menggunakan nama yang bisa lebih akrab dengan masyarakat Indonesia, dengan aroma kebangsaan dan nasionalisme Indonesia, yaitu Islam Nusantara.

Namun isinya tetap beraroma sepilis, karena jargonnya tetap sama, yaitu : human right, freedom and local wisdom (HAM, kebebasan dan kearifan lokal).

Hanya saja kali ini, JIN lebih mengedepankan misi budaya. Atas nama budaya Nusantara, JIN pelan tapi pasti ingin menggerus ajaran Islam. Saat ini, propaganda JIN, antara lain :

1. Islam Pendatang

Bagi JIN bahwa Islam di Indonesia adalah "pendatang" dari Arab yang "numpang", bukan agama "asli" bangsa Indonesia.

Tanggapan: Islam adalah agama asli yang turun dari langit untuk seluruh penduduk bumi, karena Islam datang dari Allah Swt sang pemilik alam semesta, sehingga Islam di mana saja di atas bumi Allah Swt akan selalu menjadi agama "asli" yang "pribumi", dan tidak akan pernah jadi "pendatang".

Jadi, Islam bukan dari Arab, tapi dari langit yang diturunkan pertama kali di tengah orang Arab, kemudian disebarkan ke seluruh dunia.

2. Pribumisasi Islam

Islam sebagai pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku pribumi, sehingga Islam harus siap "dipribumisasikan" agar tunduk kepada budaya setempat.

Karenanya, tidak boleh lagi ada istilah "Islamisasi Indonesia", tapi yang mesti dilaksanakan adalah "Indonesia-isasi Islam". Jadi, jangan pernah katakan "Indonesia negara Islam", tapi katakanlah "Islam ada di Indonesia".

Tanggapan : jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-China-isasi, dan Islam di India mesti
di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di dunia jadi bermacam-macam dan berjenis-jenis sesuai negerinya.

Jika mundur lagi ke belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat jahiliyyah, maka Islam harus di-jahiliyyah-isasi.

Jelas, pola pikir di atas ngawur dan tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.

3. Tolak Arabisasi

Islam yang ada di Indonesia selama ini adalah "Islam Arab", sehingga budaya Nusantara terancam dan tergerus oleh Arabisasi.

Karenanya, di Indonesia semua budaya Arab yang menyusup dalam Islam harus diganti dengan budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud "Islam Nusantara" yang khas bagi bangsa Indonesia.

Intinya, JIN menolak semua budaya Islam yang beraroma Arab, karena dalam pandangan mereka semua itu adalah "Arabisasi Islam", sehingga perlu ada gerakan "Indonesia-isasi Islam" di Nusantara.

Tanggapan : Rasulullah Saw diutus di tengah bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab, bukan meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh bangsa-bangsa di dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka.

Jadi, tidak ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat manusia.

4. Ambil Islam Buang Arab

Islam sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah Indonesia, tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku pribumi.

Karenanya, bangsa Indonesia boleh ambil budaya Islam, tapi wajib tolak budaya Arab, agar supaya budaya Nusantara tidak terjajah dan tidak pula tergerus oleh budaya Arab.

Tanggapan : ini adalah propaganda busuk JIN yang ingin menolak budaya Islam dengan "dalih" budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang ditolak dan tidak disukai JIN, akan dikatakan sebagai "budaya Arab".

Dan propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap rasis dan fasis, serta melahirkan sikap anti Arab, yang pada akhirnya mengkristal jadi anti Islam.

5. Ambil Islam Buang Jilbab

Menurut JIN bahwa jilbab adalah budaya Arab karena merupakan pakaian wanita Arab, sehingga harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.

Tanggapan : JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, masyarakat Arab tidak kenal jilbab, dan wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan wanita Arab saat itu terkenal dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer kecantikan, serta tradisi tari perut yang buka puser dan paha.

Lalu datang Islam mewajibkan wanita muslimah untuk berjilbab menutup aurat, sehingga wanita muslimah jadi berbeda dengan wanita musyrikah. Dengan demikian, jilbab adalah busana Islam bukan busana Arab, dan jilbab adalah kewajiban agama bukan tradisi dan budaya.

6. Ambil Islam Buang Salam

Ucapan "Assalaamu 'alaikum" adalah budaya Arab, sehingga harus diganti dengan "salam sejahtera" agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan jatidiri bangsa Indonesia.

Tanggapan : lagi-lagi JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, salam masyarakat Arab adalah "wa shobaahaah", bukan "Assalaamu 'alaikum".

Lalu datang Islam yang mengajarkan umatnya salam syar'i antar kaum muslimin, yaitu "Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh". Jadi, "Assalaamu 'alaikum" adalah "tahiyyatul Islam" bukan "tahiyyatul 'Arab."

7. Ambil Tilawah Quran Buang Langgam Arabnya

Termasuk baca Alquran tidak perlu lagi dengan langgam Arab, tapi sudah saatnya diganti dengan langgam Nusantara seperti langgam Jawa dan Sunda atau lainnya, agar supaya lebih Indonesia.

Tanggapan : membaca Alquran dengan langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw.

Dan karena Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, tentu membacanya harus dengan langgam Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti. Dan itu pun tidak tiap langgam Arab boleh untuk tilawah Alquran.

Langgam gambus dan langgam qashidah berasal dari Arab, tapi tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran, karena keduanya adalah langgam seni dan budaya serta musik dan hiburan.

Apalagi langgam tari perut yang merupakan langgam seni dan budaya Arab untuk pertunjukan maksiat, lebih tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran.

Karenanya, membaca Alquran dengan langgam selain Arab tidak diperkenankan, karena memang tidak sesuai dengan pakem bahasa Arab, sehingga tidak akan sesuai dengan intonasi makna dan arti.

Apalagi dengan langgam seni dan budaya selain Arab yang digunakan untuk hiburan dan pertunjukan, seperti langgam dalang pewayangan, langgam sinden jaipongan, langgam gambang kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.

Allah Swt telah menganugerahkan bangsa Indonesia kefasihan dalam lisan Arab, sehingga dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun anak-anak, sangat fasih dalam mengucapkan lafzhul jalalah "Allah" dan aneka dzikir seperti "Subhanallah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar." dan mereka pun sangat fasih juga dalam membaca Alquran.

Bahkan bangsa Indonesia sangat ahli dalam ilmu tajwid dan amat piawai dalam tilawatil Alquran dengan langgam Arab, sehingga di hampir setiap Musabaqah Tilawatil Qur'an internasional, para qori Indonesia banyak sukses dan berhasil keluar jadi juara dunia tilawah.

Karenanya, pembacaan Alquran dengan langgam dalang pewayangan adalah "kemunduran", di mana bangsa Indonesia yang sudah sangat maju dalam tilawatil Qur'an, hingga mengungguli bangsa Arab sekali pun, lalu dibawa mundur jauh ke alam mitos pewayangan di zaman semar dan petruk.

8. Ambil Alquran Buang Bahasa Arabnya

Baca Alquran tidak mesti dengan bahasa Arab, tapi cukup dengan terjemah Indonesianya saja, agar umat Islam Indonesia bisa langsung menyimak dan memahami makna dan arti ayat-ayat yang dibaca.

Tanggapan : inilah tujuan sebenarnya dari propaganda JIN yaitu menjauhkan Alquran dari umat Islam, karena mereka paham betul bahwa ruh dan jiwa Islam adalah Alquran.

Bagi JIN, siapa ingin hancurkan dan lenyapkan Islam, hancurkan dan lenyapkanlah Alqurannya. Jadi jelas sudah, bahwa yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab, tapi Islam.

Karenanya, selain yang sudah disebutkan di atas, JIN juga melakukan aneka ragam propaganda anti Arabisasi untuk merealisasikan tujuan busuknya, antara lain :

Pertama, menolak istilah-istilah yang diambil dari bahasa Arab, hingga sebutan abi dan ummi pun mereka kritisi, sehingga harus diganti dengan istilah-istilah Indonesia, tapi lucunya mereka alergi dengan istilah Arab namun sangat suka dan amat fasih menggunakan istilah-istilah Barat.

Kedua, menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil daribahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi lucunya mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama barat dengan dalih lebih modern, walau pun bukan nama Indonesia.

Ketiga, bahkan mulai ada rumor penolakan terhadap pengafanan mayit dengan kain putih karena beraroma tradisi Arab, sehingga perlu diganti dengan kain batik agar kental aroma Indonesia. Bahkan mereka mulai tertarik dengan pakaian jas dan dasi barat buat mayit sebagaimana pengurusan jenazah non-Islam, dengan dalih jauh lebih keren dan rapih ketimbang "pocong", walau bukan budaya Indonesia.

Fitnah JIN

Jika ada yang menolak gerakan JIN, maka serta merta dituduh dan difitnah : tidak nasionalis dan tidak Pancasilais, serta anti kebangsaan dan anti Nusantara, juga intoleransi dan fundamentalis, bahkan ekstremis dan teroris.

Padahal, Islam tidak mengenal rasis dan fasis. Siapa pun manusianya, apa pun suku bangsanya, selama mereka beriman kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw maka mereka bersaudara.

Dan umat Islam sangat menghargai seni dan budaya bangsa-bangsa di dunia, selama tidak melanggar syariat Islam.

Karenanya, umat Islam di Indonesia sangat terbuka menggunakan langgam aneka daerah dalam dakwah melalui seni qashidah dan shalawat serta syair Islam, sebagaimana pernah dilakukan para wali songo ketika menyebarluaskan Islam ke seluruh Nusantara. Namun tidak untuk tilawatil Qur'an.

Lihat saja, aneka syair shalawat dan dzikir serta doa di berbagai daerah se-Nusantara, antara lain ;

1. Shalawat padang bulan dan lir ilir yang masyhur di masyarakat Jawa, dan sering dibawakan oleh Habib Syeikh bin Abdul Qodir Assegaf dari Solo. Lihat linknya di You Tube :
Padang bulan - https://youtu.be/604ji65mwb8
Lir ilir - https://youtu.be/wxan-sqbhpc

2. Dzikir aduh gusti yang populer di masyarakat Sunda :
Ilaahii lastu lil firdausi ahlan wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi
Fahablii taubatan waghfir dzunuubii fa innaka ghoofirudz dzanbil 'azhiimi ...
Aduh gusti, abdi sanes ahli surga namun hante kiat nahan panas neraka
Mugi gusti, kersa maparinan tobat
ngahampura dosa abdi anu lepat

KESIMPULAN

JIN (Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat dan menyesatkan, serta bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan dilawan serta diluruskan.

JIN adalah gerombolan rasis dan fasis yang anti Arab, bahkan anti Islam. Jika mereka bisa mendapatkan jalan untuk menolak keAraban bahasa Alquran atau ke-Araban suku bangsa Nabi Muhammad Saw dan keluarga serta para shahabatnya, niscaya akan mereka lakukan, saking bencinya terhadap Arab, dan dengkinya terhadap Islam. Na'uudzu billaahi min dzaalik.

*Sumber: Suara-Islam




Jihad Utama: Menyatakan Kebenaran Kepada Penguasa Zalim
12:00:00 AMPIYUNGAN ONLINEhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com

Al-Hafizh an-Nawawi dalam Riyaadh ash-Shaalihiin:

Hadits ke-11: dari Abu Said al-Khudri r.a., dari Nabi -shallallaahu alayhi wa sallam-, bersabda:

"Jihad yang paling utama adalah perkataan yang haq kepada pemimpin yang zhalim." (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi. Hadits hasan)[1]

Menurut Dr. Mushthafa al-Bugha (dkk.) di antara faidah hadits ini bahwa menasihati penguasa yang zhalim merupakan bagian dari seagung-agungnya jihad.[2]

Hadits ke-12: dari Abu Abdullah Thariq bin Syihab al-Bajali bahwa seorang pria bertanya kepada Nabi -shallallaahu alayhi wa sallam-: "Jihad apa yang paling utama?" Nabi -shallallaahu alayhi wa sallam- menjawab:

"Perkataan yang haq di hadapan penguasa yang zhalim." (HR. an-Nasai)[3]

Menjelaskan hadits ini, Dr. Mushthafa al-Bugha menuturkan: "Sesungguhnya perbuatan menyuruh kepada yang maruf dan melarang dari yang mungkar di hadapan penguasa yang zhalim termasuk seutama-utamanya jihad, karena perbuatan tersebut menunjukkan sempurnanya keyakinan pelakunya, dimana ia menyampaikannya di hadapan penguasa yang zhalim nan otoriter dan ia tak takut terhadap kejahatan dan penindasannya, bahkan ia menjual dirinya untuk Allah (berkorban demi memperjuangkan agama Allah-pen.), mendahulukan perintah dan hak Allah atas dirinya daripada hak dirinya sendiri dan dalam perkara ini terdapat bahaya yang lebih besar ketimbang bahaya peperangan di medan perang."[4]

Dalam riwayat lainnya dari Imam at-Tirmidzi, dari Abu Said al-Khudri:

"Sesungguhnya di antara seagung-agungnya jihad adalah menyampaikan kalimat yang haq di hadapan penguasa yang zhalim." (HR. At-Tirmidzi)

Al-Hafizh Abu al-Ala al-Mubarakfuri (w. 1353 H) menjelaskan: "Pernyataannya dalam satu riwayat yakni sebaik-baiknya jihad yakni kalimat yang benar sebagaimana dalam riwayat lainnya dan maksudnya adalah kalimat yang mengandung faidah menyuruh kepada yang maruf dan melarang dari yang mungkar baik berupa lafazh di lisan atau yang semakna dengannya seperti tulisan dan yang semisalnya yakni penguasa lalim dan zhalim."[5]

___
[1] Hadits di atas diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Bab. al-Fitan, No. 2175 dan Abu Dawud.
[2] Nuzhat al-Muttaqiin Syarh Riyaadh ash-Shaalihiin, Dr. Mushthafa al-Bugha dkk, juz. I/ hlm. 216.
[3] Imam an-Nasai meriwayatkannya dalam Bab. Fadhl Man Takallama bil Haq Inda Imaam Jaair; Imam al-Mundziri menyatakan dalam at-Targhiib bahwa sanad hadits ini shahih (Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidz, al-Hafizh al-Mubarakfuri, juz. VI/ hlm. 396).
[4] Nuzhat al-Muttaqiin Syarh Riyaadh ash-Shaalihiin, Dr. Mushthafa al-Bugha dkk, juz. I/ hlm. 216-217.
[5] Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi, al-Hafizh al-Mubarakfuri, juz. VI/ hlm. 396.




RSSFWD - From RSS to Inbox
3600 O'Donnell Street, Suite 200, Baltimore, MD 21224. (410) 230-0061
WhatCounts
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

PETA MEDAN JOHOR

PETA MEDAN JOHOR

REAL COUNT PILGUBSU 2018

REAL COUNT PILGUBSU 2018
DPC PKS Medan Johor by Zul Afkar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DPC PKS Medan Johor - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Zoel Afkar MK