Judul : Mahasiswa-Mahasiswa Penghafal Quran Penulis : Tim Penulis IQF
Editor : Abdullah Ibnu Ahmad dan Azhar Nurun Ala
Penerbit : Lembah Kapuk Publishing
Tahun Terbit : Pertama, Juli 2015
Jumlah Halaman : 212 halaman
Harga : Rp54.000,-
Peresensi : Muhammad Sholich Mubarok
Aku gemetar. Di depanku ada sesosok pria setengah abad yang matanya sangat mirip dengan mataku, di depanku ada pria yang sangat mudah menangis sama seperti aku, di depanku ada seorang pria yang selalu mengantar jemputku ketika sekolah dulu, di depanku ada pria yang rela berlelah-lelah sepanjang hari untuk memenuhi kebutuhanku, di depanku ada dia yang begitu menyayangiku tapi tidak tahu bagaimana mengungkapkannya kepadaku.
Aku benar-benar gemetar mengatakannya.
"Papa, jangan marah, ya..." Aku masih terisak...Entah mengapa sulit menghentikan tangisanku.
"Aku ingin bisa merasakan indahnya shalat berjamaah di keluarga ini, mencium tangan papa, berdoa sama pap. Cerita bahwa di sana aku selalu merindukan papa."
Papa menangis. Mama sudah menangis dari tadi. Ketiga adikku terpana melihatku sambil menangis. Aku? Kalian sudah tahu. (halaman 118).
Penggalan kalimat dari kisah berjudul "Aku Merindukan Sholat Berjamaah Bersamamu" ditulis Irma Nuryanti, Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI).
....dalam rentang lima belas bulan bekerja sebagai distributor, pemuda ini bisa menabung, jumlah tabungan yang dapat dikatakan banyak bagi seorang perantau pemula, dengan rutinitas perkuliahan dan kegiatan lainnya yang diikuti. Masih ingat jelas dalam benak pemuda ini jumlah tabungan yang berhasil dikumpulkannya. Ingat tahu jumlah tabungannya? Ketika pemuda itu mengecek jumlah saldo ATM, tertera di sana "Saldo Anda Rp32.456.000,-"
Hari demi hari berlalu, awalnya tak ada yang aneh dan ganjal yang dirasakan pemuda ini, sungguh pemuda ini begitu menikmati hari demi hari kehidupannya. Hingga satu saat, kejadian yang tak dia duga pun terjadi. Sungguh di luar kemampuannya. Tak pernah diprediksi. Tak pernah ia bayangkan.
"Nak, pulang Nak. Ayahmu sakit."
"Ayah memintamu untuk pulang."
Sungguh, dua kalimat ini membuatnya tersentak... (halaman 38-39)
"Antum kenapa telat empat puluh lima menit, Akh?"
Begitulah kalimat ustadz kami yang terlontar pertama kali ketika ia sampai di asrama IQF.
"Afwan, Ustadz. Tadi saya ada rapat dan shalat Isya di masjid kampus. Jadi saya telat sampai ke sini."
Perjalanan dari kampusnya menuju asrama IQF kurang lebih dua puluh menit dengan menggunakan sepeda. Namun karena program Quran Time itu dilaksanakan langsung setelah sholat Isya di mushola Baabussalam, ditambah waktunya dengan sholat rawatib, bertemu teman di tengah jalan, beli gorengan, menaikkan sepeda ke atas trotoar, menunggu jalan Margonda sepi dari mobil agar bisa menyeberang, beli buah potong dan menyusuri jalan kecil yang menurun, jelaslah ia cukup telat mengikuti program tersebut.
"Antum tambah waktu Quran Timenya ya Akh. Jangan sampai telat lagi datangnya," tambah Ustadz atas permintaan maaf laki-laki tersebut. (halaman 74).
Tiga potongan kisah di atas adalah sebagian dari 36 kisah yang ada dalam buku "Mahasiswa-Mahasiswa Penghafal Qur'an" (MMPQ) karya anak-anak Indonesia Quran Foundation (IQF).
IQF sendiri adalah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan Quran dan keilmuan Islam, yang bervisi membentuk generasi intelektual penghafal Quran. Banyak para mahasiswa yang mesantren di lembaga yang terletak di Jl. Kapuk, Margonda, Depok ini. Tidak hanya mahasiswa UI, tapi juga Gunadarma, UNJ dan sebagainya.
Buku yang hanya bisa didapatkan melalui akun IQF seperti di Twitter: @IndonesiaQuran IG: @IndonesiaQuran, FP: Indonesia Quran Foudation atau melalui websitenya di www.iqf.or.id, ini membuat kita tertampar tentang seberapa jauh kita dekat dengan Al-Quran hingga enggan untuk menghafalkannya? Kesibukan kah faktornya? Nampaknya buku ini cukup menjadi jawaban karena di dalamnya berkisah tentang para mahasiswa yang tidak hanya kuliah thok, tapi juga berbisnis dan berorganisasi.
Dengan kelindan kekurangan yang ada, tanpa mengurangi kelebihan yang lebih banyak maka buku ini layak dikunyah karena dikemas dengan bahasa yang renyah.
Sebagai akhir, saya tuliskan quote yang cukup pecah yang sekaligus rumus canggih "Luangkanlah hatimu (untuk Quran), maka Allah akan meluangkan waktumu!" (ri)
http://bersamadakwah.net/mengintip-jungkir-baliknya-mahasiswa-mahasiswa-penghafal-quran/
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !