Tulisan Anis Matta #002:
Waktu di TPPN ada yang mempertentangkan DR. shohibul Iman tentang, ya kalau kita baca teori Soros, market memang lebih berdaya dari pada Negara. Tapi kalau kita baca teori yang lain negara kan regulator. Tapi kuatnya atau tidaknya negara itu tergantung siapa yang punya asset paling banyak. Iya kan…?! Jadi kita tidak bisa mengatakan mana lebih kuat market atau Negara…?! Ada waktu tertentu Negara lebih kuat, dan ada waktu tertentu ini (market) lebih kuat, ganti-gantian aja itu. Tetapi kalau kita ingin berkuasa kita mesti punya share kekuatan pada tiga komponen ini.
Oleh karena itu PKS harus ada disini (di tengah). Distribusi kekuatan
kita itu harus ada di tiga kekuatan ini. Kalau Cuma disini (negara)
sedikit. Disini itu (negara), pelaku utamanya ada tiga ; Politisi,
Birokrat dan Militer. Disini (civil society) pelaku utamanya kita sebut dengan informal leader. Informal leader itu bermacam-macam; budayawan, artis. Antum suka atau tidak suka artis itu informal leader. Suka atau tidak suka itu. Dia datang orang ikut. Antum boleh punya janggut sepanjang-panjangnya, sesoleh-solehnya itu belum tentu informal leader, tapi artis, suka atau tidak suka informal leader,
dia datang orang datang, dia goyang orang goyang. Jangankan itu
Presiden pun ikut bikin lagu pula itu, ya ikut jadi artis lah. Setelah
gagal jadi negarawan. Ini era bintang. Pemain bola jadi bintang.
Disini (civil) ada media sebagai infrastruktur yang paling kuat. Terutama TV. Pimpinan ormas itu informal leader. Ada masanya sendiri, pemikir, akademisi, pimpinan kampus dan seterusnya itu informal leader. Orang-orang yang punya pengaruh di tengah masyarakat, kita sebut sebagai informal leader.
Dia berpengaruh karena kapasitas pribadinya tanpa struktur, baik karena
intelektualitas maupun karena spiritualitasnya. Jadi dia mungkin
pemimpin spiritual, dia juga mungkin pemikir, trand setter dalam
pemikiran-pemikirannya, tapi dia juga mungkin selebriti. Makanya kalau
demikian banyak para selebriti yang masuk politik memang gampang. Itu
termasuk salah satu jalur cepat, tanpa harus bikin partai. Kalau di
Amerika kan banyak contohnya; Ronald Reagan, Arnold Schwarzeneger. Yang
di DPR kan banyak; Ada Dede Yusuf ada Ajie Massaid, Angelina Sondakh,
ada Igo Ilham di DPRD.
Disini (market) pelaku utamanya kita sebut sebagai pengusaha, orang businessman. Jadi kalau kita bicara tentang leverage to lead kita bicara tentang distribusi ini.
Ikhwah sekalian…
Pertanyaan bodohnya begini, kalau orang yang kita bawa kesini (negara) adalah mahasiswa yang kita rekrut sejak SMP, kita tarbiyah...tarbiyah...tarbiyah…
sekarang kita kapitalisasi masuk ke dewan. Jadi politisi dia. Ada Rama
Pratama, Andi Ramco, Fahri Hamzah, Mustafa Kamal,... semuanya masuk
disini. Ada Abu Bakar yang waktu direkrut sejak masih pakai celana
pendek, sekarang masuk menjadi anggota DPR, masuk di panggung negara.
Tapi kalau ada ikhwah, mahasiswa yang kita rekrut menjadi
pengusaha sejak dia tidak kenal duit saat belajar dagang hingga menjadi
pengusaha sukses, kira-kira berapa tahun untuk mencapai level ini…???
Keluarga Salim itu baru bisa menjadi konglomerat setelah 120 tahun
bisnis keluarga itu berlangsung. Itu tidak gampang. Sampurna itu menjual
seluruh sahamnya itu setelah 50 tahun keluarga itu bekerja total uang
keluarga semuanya 2 milyar dollar (18 trilyun). Itu setelah lebih dari
50 tahun.
Nah sekarang, disini (market) kita kosong kan?! Kita punya
Dep-Tan, tapi kita tidak punya pengusaha Agri bisnis, makanya kita
kerjasama dengan pengusaha agribisnis, yah kecil-kecil jadi calo lah.
Gak apa-apa ini baru tahap pertama. Jadi broker dulu lah. Sekarang kalau antum membina informal leader, trend setter disini.
Berapa jumlah pesantren kita? Ada al-kahfi.
Berapa jumlah selebriti kita? Ini masalahnya selebriti kita rekrut berhenti jadi selebriti.
Saya ngobrol panjang dengan Dedi Mizwar. Dia bilang, saya susah juga.
Karena saya kerja sendiri. Tiap tahun Saya hanya bisa memproduksi
maksimum dua seri, dua serial. Maksimum. Memang sih meledak. Tapi
sepanjang tahun kan, akhirnya yang mengisinya Raam Punjabi. Jadi – dia
bilang – sekarang saya sedang berfikir bagaimana membuat training-training, workshop untuk
para calon-calon selebriti. Dia mulai beli tanah, padepokan dan
lain-lain. Dalam pelatihan sambil kita didik moral mereka, supaya
menjadi selebriti yang bermoral dimasa yang akan datang.
Dan kita kan belum punya investasi disitu sampai sekarang. Jadi antum lihat. Kunci-kunci pengendalian sosial itu tidak kita miliki. Sekarang antum bandingkan. Ada 12 channel televisi
di Indonesia, semuanya punya jam tayang 24 jam, kalau satu program itu
minimumnya ½ jam, untuk satu program TV, berarti kan setiap hari harus
mempunyai 48 program. Satu TV dikali dalam satu tahun 365 hari, dikali
12 channel TV (1X365X12). Jadi berapa program yang harus tersedia??
Jadi waktu kita mentarbiyah ikhwah kita semuanya, 2 jam dalam halaqoh itu, setelah itu dia pulang, dia menonton TV berjam-jam. Setelah kita doktrin semuanya, dia nonton TV. Dicuci lagi tuh. Kita mentarbiyah supaya
menjadi pemuda yang tangguh, setelah itu kita suruh dia untuk kawin.
Begitu dia kawin dan beranak pinak. Dia sibuk, anaknya diurus oleh
televisi. Diurus oleh internet. Dan ini masuk ke rumah kita semua. Dan
sekarang, kita tidak memasukannya lagi dalam wasail ghozwul fikri – tidak tahu masih ada di materi kita ini. Ini sekarang masuk wasail tarbiyah atau wasail ghazwul fikri.
Jadi ini yang Saya sebut dengan landscape sosial kita itu. Masyarakat itu dikendalikan oleh orang-orang, oleh figurfigur ini, Informal leader.
Disini – pasar – di drive oleh pengusaha. Masing-masing semua menjadi raja. Dan disini tujuannya. Share tiga-tiganya.
Politisi boleh punya presiden. Boleh jadi presiden. Boleh jadi wakil
presiden. Boleh jadi menteri. Tapi eselon satu ke bawah… Nah itu
birokrat. Begitu ada baru menteri datang. Birokrat langsung lihat, ini high capacity atau under capacity. Begitu under capacity dia dipimpin oleh birokratnya.
Tentara, memang tidak berpolitik. Tapi dia bisa mempengaruhi seluruh
jalannya politik. Makanya semua calon-calon presiden tahun 2009, - coba antum lihat
- banyakannya dari tentara kan. Memang sudah di eleminasi, tapi dia
tidak hilang. Keluar dari permainan tapi dia bisa masuk dalam baju yang
lain. Sekarang SBY punya kebijakan, di semua pilkada mesti ada satu dari
gubernur atau wakil gubernur, walikota atau wakil walikota, bupati atau
wakil bupati dari tentara. Kebijakan SBY, supaya bisa eksis lagi, bisa
menang lagi pada 2009 nanti. Makanya Jawa Barat sampai sekarang gak
putus-putus, karena faktor itu, jadi tiga panggung ini sekarang kita ada
sedikit disini, sedikit politisinya sedikit birokratnya, belum punya leader.
Berapa share kita di negeri ini? Kecil kan??
Tapi kan kita mau memimpin ini negeri. Jadi persoalan PKS sekarang adalah bagaimana menjadi leading party.
Bagaimana kita menjadi partai pemimpin. Sekarang kita baru tahu. Kalau kita memimpin apakah kita perlu memiliki semua??
Soeharto disaat terakhir. Waktu dia terpilih lagi menjadi presiden tahun
97. Kan semua timnya itu shohibnya semuanya. Bob Hasan yang tadinya
pengusaha masuk menjadi menteri. Anaknya sendiri masuk jadi menteri.
Semua orang dekatnya menjadi menteri. Panglimanya Wiranto. Dibawahnya
ada Prabowo. Semuanya. Geng besarnya masuk semua itu. Tapi waktu semua
geng besarnya masuk semuanya dia jatuh.
Sekarang coba antum fikir-fikir dulu. Kalau kita mau mengembangkan kapasitas kita, leadership capacity kita itu. Jadi tadi kita sudah sampai pada pembahasan distribusi kekuasaan.
Cara yang harus PKS kalau mau memimpin. Yaitu mempunyai share yang besar pada tiga panggung utama itu (State, Civil society dan Market).
Secara sederhana, kita sebagai gerakan itu kalau ingin punya kendali
kira-kira aset-aset utama kita itu adalah ini. Kita kembali lagi pada
gambar segitiga ini; Ide, Orang dan Uang.
Sekarang - kalau antum lihat - reformasi ini kenapa mengalami
stagnasi? Karena tidak ada ide besar di sini. Tidak ada satu kekuatan
yang sangat berkuasa. Karena tidak ada yang punya orang sebanyak yang
diperlukan, dengan kapasitas yang diperlukan. Begitu juga uang
terdistribusi secara tidak pasti dan tidak merata. Jadi tidak ada orang
yang punya tiga-tiganya sekaligus. Tidak ada kelompok yang punya
tiga-tiganya sekaligus. Makin besar kepemilikan kita pada tiga ini, maka
makin besar share kita dalam kepemimpinan.
Jadi, kalau Gajah Mada kenapa dia legendaries di negeri kita ini, karena
dia datang dengan satu ide besar tentang Nusantara. Soekarno, juga
datang dengan ide besar namanya Revolusi. Soeharto datang dengan ide
besar namanya Pembangunan. Kita datang dengan ide besar namanya apa??
Saya sudah jelaskan pada pertemuan yang lalu bahwa ide besar itu adalah masalah ruang (dairatul mumkinat). Semua yang menjadi mungkin dalam ruang pemikiran kita, menjadi mungkin dalam realitas.
Jadi kalau di dalam ruang pemikiran itu sesuatu tidak mungkin, lebih
tidak mungkin lagi dalam ruang realitas. Nah, makanya makin besar ide
seseorang, makin besar ruang realitasnya juga. Seperti ketika Imam
Syahid menjelaskan tahapan-tahapan dakwah, yang terakhir adalah ustadziyyatul alam.
Pada waktu dia masih dijajah, masih di bawah penjajahan Inggris. Jadi
kalau pada saat itu saja, dia memiliki cita-cita besar seperti itu.
itulah yang menjelaskan kenapa ikhwan masih hidup (eksis) sampai
sekarang. Idenya itu melampaui zamannya. Sewaktu-waktu kalau khilafah
ini tegak orang akan kembali mengenang idenya itu.
Bandingkan Hasan Al-Banna dengan pemikir sebelumnya, misalnya diatas
beliau itu ada Rasyid Ridha yang sempat berinteraksi, diatasnya lagi ada
Muhammad Abduh, diatasnya lagi Jamaluddin Al-Afghani, dan yang se zaman
dengan Jamaludin Al-Afghani tapi beda tempat; Abdurrahman Al-Kawakibi.
Abdurrahman al-kawakibi itu punya buku yang namanya Tobai’ul Istibdad (Karakter Kediktatoran). Dia mendefinisikan penyakit umat Islam cuma satu yang namanya kediktatoran.
Al-Afghani menyebutkan bahwa dia setuju dengan premis Al-Kawakibi. Dan
karena itu solusinya adalah perlu ada gerakan politik. Makanya Pan
Islamisme idenya. Itu akhir abad ke 19. Ide Pan Islamisme itu adalah ide
dari Al-Afghani.
Ide ini terlalu besar, tapi tidak - kalau istilah orang-orang manajemen
sekarang ini -, diketahui cara mengeluarkan ide-ide secara nyata. Karena
itu orang-orang dalam manajemen itu – antum kan belajar planning -, yang jauh lebih penting dari planning itu adalah menyusun strategi. Memformulaasi strategi adalah mengetahui dengan pasti How to execute, bagaimana mengeksekusinya. Makanya ide-ide itu adalah ide yang tidak bisa di eksekusi, karena tidak ada penjelasan bring down-nya. Tidak ada sterategi untuk membuatnya jadi nyata. Antum lihat ruang kemungkinannya cuma satu disitu.
Muhammad Abduh datang dengan ide yang lebih aplikatif. Ide tentang pendidikan. Karena itu iconnya Abduh itu adalah islah. Dan islah itu dimulai dari pendidikan, makanya buku besarnya adalah kitabuttauhid. Yaitu pembersihan masyarakat.
Rasyid Ridha melanjutkan ide. Dan karena itu dia melanjutkan perlunya pemahaman ulang tajdid dalam pemahaman kepada Islam.
Hasan Al-Banna ada diurutan, merupakan satu kesinambungan dari sini. Makanya konsepnya tarbiyah,
tetapi itu tidak cukup. Itu adalah sarananya. Diperlukan wadah yang
lebih besar namanya organisasi. Makanya ide utama dari Hasan Al-Banna
itu adalah ide tentang tarbiyah dan yang kedua ide tentang organisasi. Tarbiyah itu adalah reformulasi individu, rekonstruksi individu, jamaah itu adalah kanang, wadah untuk menyalurkan potensi yang sudah terbentuk.
Kalau tidak ada itu tidak ada yang bisa bekerja, oleh karena itu
pemikiran tentang organisasi ini adalah pemikiran yang mendahului
zamannya.
Teori-teori tentang manajemen yang lahir tahun 50-an keatas, setelah perang dunia kedua, itu semuanya
membenarkan. Menjelaskan pentingnya, terutama kalau antum bacanya
buku Peter L Gardnerd, pentingnya bekerja di dalam dan melalui
organisasi. Karena kita tidak bisa bekerja sendiri. Inilah zaman dimana
manusia tidak sebanyak seperti sekarang. Jumlah manusia ini terlalu
banyak dan karena itu kita menyediakan dan selalu bekerja di dalam dan
melalui organisasi. Itu idenya. Karena ide ini besar, lebih besar lebih
besar dari ide selanjutnya, makanya lebih lama beratahannya. Tapi ide
Hasan Al-Banna bukan sekedar ustadziyatul alam, bukan sekedar Pan
Islamisme, idenya lebih besar dari itu. Dia melammpaui wilayah geografi
dunia Islam. Makanya di kelompok dunia Islam idenya itu adalah tahrirul wathan islami setelah islahud daulah.
Selesaikan persoalan internal di dunia Islam. Kita sudah bebas dari penjajahan. Kita sudah melaksanakan konsolidasi.
Tugas kita yang terakhir adalah ustadziyatul alam. Idenya lebih besar, karena itu ruang kemungkinan ikhwan lebih besar. Karena itu ruang realitasnya juga lebih besar. Tidak ada organisasi yang bertahan selama ikhwan di dunia Islam.
Dan antum lihat sejak periode itu..!! Karena idenya sangat besar,
semua ide-ide kecil yang datang kemudian, mengisi ide-ide yang besar
itu. Berapa banyak buku yang ditulis tentang satu judul yang namanya tarbiyah. Berapa banyak buku yang ditulis tentang fiqh dakwah. Berapa banyak buku yang ditulis tentang idarat tandzim, idaratul jamaah, idarat dakwah. Berapa banyak buku yang ditulis tentang konsep ideologi. Berapa banyak buku yang ditulis tentang fiqh daulah, sejak Abdul Qadir Al-Audah sampai Yusuf al-Qadhawi sekarang.
Ide besar ini, merangkum ide-ide kecil, sub-sub yang ada didalamnya.
Karena ruangnya besar maka ruang realitasnya juga besar. Punya struktur
di 70 negara. Dengan sumber daya yang sangat terbatas. Apa yang
membuatnya jadi mungkin?? Ide…
Dia datang waktu umat Islam itu kosong. Makanya perpustakaan dunia Islam, yang mengisi, semua penulis ikhwan. Semua buku yang terbit di adab 20, di dunia Islam antum perhatikan,
yang terkait dengan pemikiran keislaman, pemikiran pergerakan,
pemikiran tentang dunia Islam itu sebagian besarnya adalah pemikir ikhwan. Antum lihat perpustakaan. Itu ide. Dia punya ide dan dia menciptakan orang. Uang datang kemudian.
Ikhwan-ikhwan sekalian…
Semua aktor ikhwan itu miskin semuanya. Tapi bisa bikin liqoat alamiyah.
Miskin tapi bolak balik luar negeri. Makanya Saya tidak pernah percaya
bahwa uang itu warisan. Bukan. Yang saya percaya uang itu adalah produk
ide dan orang.
Makin besar idenya makin besar juga uangnya. Tapi kalau kita tidak punya ini (uang dan orang), tidak ada ide yang jadi realitas.
Jadi kalau kita jadi leading party ini:
1. Kita harus punya yang namanya NARASI.
2. Kita harus punya yang namanya KAPASITAS.
3. Kita harus punya yang namanya SUMBER DAYA.
Apa ide yang kita tawarkan untuk itu?
Jadi sekarang kita tidak lagi berfikir tentang sekedar bagaimana
membesarkan PKS tetapi bagaimana membesarkan bangsa. Setelah itu kita
berfikir ke level lebih tinggi bagaimana bangsa Indonesia punya
kontribusi ke dunia. Begitu kita punya ide, punya narasi yang kita
tawarkan kepada public. Kita akan menjadi leader. Makanya kapasitas pertama dari seorang leader itu
adalah naratif intelijen. Kemampuan menguasai orang melalui kata.
Itulah yang menjelaskan kenapa Soekarno masih bertahan sampai sekarang.
Dan itu juga yang menjelaskan kenapa mukjizat Rasulullah saw itu adalah
kata. Al-Quran. Antum sekarang bisa bayangkan waktu Rasulullah
SAW hidup perbandingan orang Islam itu 1:1000. 100 ribu orang hidup
ditengah 100 juta orang di seluruh dunia.
Sekarang perbandingan satu umat Islam dengan non muslim 1:5. Dari mana
coba datanya ini? pemimpinnya sudah mati. Tapi terus tumbuh. Jadi kalau
sewaktu-waktu Rasulullah mengatakan; “Bahkan ketika kalian punya dua
emas sebesar dua gunung Uhud infak kalian tidak bisa melampaui pahala
para sahabat”. Ya jelas. Semua yang masuk Islam sesudah mereka kan,
mereka dapat pahala. Sekarang ketika jumlah umat manusia hampir 5 milyar
lebih hampir 6 milyar. Antum bisa bayangkan. Kata, Mukjizat. Ada
yang masuk Islam melalui ekspansi. Ada yang karena kesadaran sendiri,
ketemu di jalan atau macam-macam.
Nah, itu kapasitas utamanya seorang leader, naratif intelijen. Sekarang ini PKS itu, bedanya periode yang lalu dan yang sekarang adalah periode yang lalu itu I can see, seksi aja dimata orang, kelihatannya itu. Ada anak-anak muda bersih dan peduli. Tapi begitu kita ingin menjadi leader,
ekspektasi orang berubah. Kita tidak lagi dipersepsi sebagai partai
mahasiswa. Kemarin kita dipersepsi sebagai anak manis. Kumpulan
anak-anak manis negeri ini. Berkumpul jadi satu, dinamis, pinter-pinter,
baik-baik. Tapi untuk jadi leader? Enggak…
Nah sekarang ketika ingin naik kesana persepsi kita harus dirubah..!
persepsi tentang kompetensi. Makanya di tim media sekarang mereka
merumuskan. Kata kunci itu, headline kita itu; “Bersih, Peduli, Terbuka, Kompeten”.
Inikan (bersih peduli) merupakan integritasnya, dan ini (kompeten) menyangkut masalah kapasitas, sedangkan ini (terbuka) adalah imagenya. Maksudnya kita diterima di semua pihak. Ini namanya (kompeten) what to say-nya bukan how to say-nya. Bagaimana cara mengatakannya itu lain lagi. Tapi ini empat point intinya ini.
Kapasitas pertama yang harus kita miliki adalah naratif intelijen.
Makanya para pemimpin itu kalau mau punya naratif intelijen; dia harus
seorang penulis dia harus orang orator. Mutlak. Tidak bisa tidak. Jadi
salah satu training penting buat antum disini adalah public speaking dan menulis. Itu maharat aqliyyah.
Ada buku yang bagus antum baca dari “kumpulan pidato-pidato yang
paling berpengaruh sepanjang abad ke 20”. Saya dulu pernah membuat riset
kecil tapi tidak berlanjut, pidato-pidato yang paling berpeluang
sepanjang sejarah Islam.
Itu menarik sekali. Ada pidato politik. Pidato ilmiyah dan juga ada pidato perang. Kalau antum lihat
Khalid bin Walid itu bukan sekedar jago bertarung, tapi juga orator.
Contohnya; di perang Yarmuk, dia kan tadinya ada di Irak, jumlah pasukan
yang sudah masuk di Yarmuk itu sekitar 27 ribu, berhadapan dengan 240
ribu pasukan Romawi, ini berbulan-bulan lamanya pasukan saling
berhadap-hadapan tapi tidak saling bertempur. Periodenya Abu Bakar.
Khalid waktu itu ada di Irak, setelah Abu Bakar meninggal ini soal
komandan lapangan, kenapa tidak bertempur.
Artinya begini. Yang 240 ribu ini tidak berani menyerang yang 27 ribu
ini. Alasannya, memang (pasukannya) kecil tapi pengalaman menangnya
terlalu banyak. Yang ini (pasukan Islam), memang pengalaman menangnya
banyak tapi belum pernah bertemu pasukan sebanyak ini.
Khalid datang dan pasukan Khalid dipanggil dan ditambah lagi pasukan
sebanyak 9 ribu orang sehingga menjadi 36 ribu ini. Waktu Khalid datang
wacananya sama seperti Abu Bakar. Cuma dalam sekologi militer. (Ada buku
bagus yang bagus juga antum baca “sekologi of war”, sekologi
perang). Itu bahaya, tentara dibiarkan begini, karena lama-lama itu
ketakutan mulai merasuk ke dalam. Mau lari tidak bisa. Mau maju juga
tidak bisa. Harus ada keputusan. Begitu Khalid datang. Dia konsolidasi.
Dan setelah konsolidasi satu bulan lamanya, diputuskan kita memimpin
secara bergantian.
Pemimpin pertamanya Khalid. Setelah itu bergantian. Setelah itu dia
putuskan hari penyerangan. Waktu hari penyerangan itu dia pidato.
Pidatonya tidak terlalu panjang. Dan Saya perhatikan para sahabat itu
kalau pidato kenegaraan atau pidato perang hampir tidak ada yang lebih
dari 5 menit. Dilihat dari segi teksnya.
Dia bilang begini: “Ya ma’syarol muslimin, hadza yaumun min ayyamillah”. Antum lihat kalimatnya!! “hadza yaumun min ayyamillah” darimana antum dapat istilah ayyamullah itu? Itu saja, kemampuan orang mengartikulasi sebuah makna yang tervisualisasi begitu kuat antum langsung terikat dengan Allah SWT, terikat pada statemen pertama “hadza yaumun min ayyamillah, fa akhlisu fiihi jihadakum lillah”. Dia mulai dari statemen yang pertama “Fa akhlisu fiihi jihadakum fillah”.
Setelah itu dia masuk pada tekhnisnya. Daripada kita sibuk menghitung
jumlah pasukan, lebih baik kita sibuk menyembelih mereka itu. Setelah
takbir Allahu Akbar maju mereka menyerang. Selesai….
Jadi komandan perang pun punya kadar yang besar dari naratif intelijen.
Tidak ada ceritanya orang kalau gak orator dan bukan penulis. Dia tidak
akan abadi. Karena itu keterampilan itu mutlak. Itu dalam basic kompeten dari seorang leader.
Antum lihat lagi presiden-presiden Amerika yang berpengaruh dari yang
lain. Umumnya itu adalah begitu. Waktu perang dunia kedua siapa perdana
menteri Inggris?? Itulah kelebihannya dia. Umumnya orang Inggris itu
tinggi-tinggi tapi dia pendek. Orator. Dari dialah istilah “Saya tidak
punya sesuatu in Inggris, kecuali hanya darah, keringat dan air mata”.
Itu dia ucapkan di parlemen, siapa bangsa yang sedang perang begitu
dikasih kalimat-kalimat begitu. Abadi pidato itu.
Jadi begitu kita punya ide, kita jadi trandsetter. Yang lain, semuanya jadi follower.
Nah, yang kedua dari kapasitas leadership itu adalah kapasitas
eksekusi. Kapasitas eksekusi itu ditentukan disini (orang dan uang). Ada
orang yang punya kapasitas dan ada sumber daya. Kita datang kepada
negara tapi kalau tidak ada orang untuk mengeksekusi ini. Tidak bisa.
Sekarang persoalannya adalah apakah orang kita cukup? Tidak bakal cukup.
Apakah kita harus menunggu sampai cukup? Tidak. Karena kapasitas yang
ada di negeri ini juga banyak, masalahnya mereka belum tersentuh sama harakah.
Itu saja. Tetapi kalau kita punya ide-ide besar kita bisa
mendayagunakan semua orang-orang itu. Jadi kapasitas ini menyangkut
orang.
Sumber daya. Ini juga bukan sekedar uang. Sebenarnya media itu adalah sumber daya. Informasi adalah sumber daya.
Uang adalah sumber daya. Tentara juga sumber daya. Jadi kita perlu social capital, kita juga perlu financial capital, kita juga perlu political capital.
Sekarang kalau kita jadi presiden, bayangkan kalau ada 35 menteri, di
bawahnya masing-masing 10 dirjen, berapa jadinya? 350 dirjen. Dibawah
dirjen itu biasanya ada berapa eselon duanya? Satu dirjen itu biasanya
ada berapa direktur? Rata-rata 5 direktur, jadi 10 x 5 / atau 50 x 35.
Berapa semua? 1500 lebih. Itu orang-orang inti yang antum perlukan.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !