Headlines News :
Home » » PIYUNGAN ONLINE

PIYUNGAN ONLINE

Written By Unknown on Saturday, November 29, 2014 | 2:32 AM

Your RSS feed from RSSFWD.com. Update your RSS subscription
RSSFWD
PIYUNGAN ONLINE

PIYUNGAN ONLINE

Portal Berita, Politik, Dakwah, Dunia Islam, Kemasyarakatan, Keumatan

Polri Lebih Represif di Rezim Jokowi
5:30:58 AMPIYUNGAN ONLINEhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com

Demo Mahasiswa di Makassar (foto: Tribunnews)

Aksi represif kepolisian yang kini marak terjadi pasca Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai Presiden RI ini banyak menuai kecaman. Kepada mahasiswa, polisi begitu agresif ketika menghadapi penolakan terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa daerah.

IISIP, adalah salah satu elemen mahasiswa yang mengecam tindakan represif aparat kepolisian. IISIP yang tergabung dalam Forum Mahasiswa (Formasi) IISIP dan Kesatuan Aksi Mahasiswa (Kanita) IISIP konsisten menolak kebijakan pemerintah menaikan harga BBM.

"Belum genap 100 hari saja rejim Jokowi-JK dalam menjaga kebijakannya telah bertindak keras terhadap unjuk rasa yang dilakukan rakyat. Sehingga dalam setiap unjuk rasa yang dilakukan baik itu oleh buruh, petani, mahasiswa dan masyarakat selalu berujung represif dan jatuh korban bahkan 2 nyawa melayang dalam aksi menolak kenaikan bbm," ujar Ketua Formasi IISIP, Suaib, Sabtu 29 November 2014.

Suaib mengatakan, ada setidaknya 6 buruh ditangkap dalam unjuk rasa di Bekasi, di Rembang, ibu-ibu petani harus ikut merasakan bogem mentah dari polisi, dan terakhir, 2 mahasiswa meninggal dunia di Makassar.

"Ini jelas merupakan cara cara ORBA yang sedang dipraktekan rejim Jokowi-JK dimana dalam menghadapi unjuk rasa rakyat selalu dihadapkan dengan tindak kekerasaan," ucapnya.

Pada kesempatan sama, Rengais Sekar Sari dari Kanita IISIP juga mengecam tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian dalam menghadapi unjuk rasa yang dilakukan oleh kaum perempuan.

"Di saat Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan masih diperingati, kepolisian malah mempertontonkan kekerasannya terhadap kaum perempuan. Di mana unjuk rasa yang dilakukan oleh ibu-ibu petani di Rembang dihadapi dengan pemukulan, dan penganiyaan," ujarnya.

Sari mengingatkan, seharusnya rezim Jokowi-JK tidak memandang rakyat yang berunjuk rasa sebagai musuh pemerintah, apalagi hak mengepresikan pendapat  telah dijamin dalam UUD45 dan juga dalam UU Menyampaikan Pendapat.

Formasi dan Kanita juga menilai rezim Jokowi-JK lebih memilih melindungi kepentingan kapital global ketimbang menghargai hak demokrasi rakyat yang melakukan unjuk rasa. Sikap pemerintah ini mempertegas fakta akan bangkitnya rezim yang jauh dari harapan serta mengkhianati terhadap suara rakyat pada pemilu 2014.

Atas kejadian ini, Formasi dan Kanita IISIP menuntut Jokowi-JK mengusut tuntas semua kasus represif aparat terhadap rakyat. Mereka juga menuntut Jokowi-JK jangan cuci tangan tapi harus bertanggung jawab atas tindakan represif aparat terhadap rakyat.


Dialog Dua Aktivis soal Harga BBM
5:19:17 AMPIYUNGAN ONLINEhttps://plus.google.com/114751447713313717725noreply@blogger.com


OLEH PUTHUT EA

Terseok-seok membawa tubuhnya yang tambun, Dhani memasuki pelataran rumah Mulyadi. "Mul, kamu jangan main-main ngece Jokowi soal kenaikan harga BBM! Status fesbuk dan twitermu ora mutu!"

Mulyadi yang sedang ngetheti manuk, cuma bisa memamerkan barisan giginya yang cemlorot. Ndlongop. Tidak menyangka pagi begini sudah harus berhadapan dengan sohibnya yang berambut kribo itu. "Ngece gimana, Dhan?"

Dua orang bersahabat itu kini duduk berhadapan dengan menghadap sepiring lemper sisa pengajian semalam yang dihelat di langgar dekat rumah Mulyadi, dan dua gelas teh nasgitel.

"Kamu itu sengak, Mul. Kalau BBM naik, apa itu salah Jokowi?"

"Lho, sejak zaman Soeharto, kalau yang namanya pemerintah itu yang ditunjuk hidungnya ya presiden. Kalau enggak mau disalahkan ya jangan jadi presiden." jawab Mulyadi kalem sambil mengupas kulit lemper.

"Ini persoalannya kelas menengah ngehek yang mampu beli BBM tanpa subsidi, pada maling semua! Makan jatahnya orang-orang miskin!" suara Dhani menggelegar.

"Lha kok goblok banget sih pemerintah itu, bikin sistem yang biar kelas menengahnya enggak mencuri jatah orang miskin masak enggak bisa."

"Kamu jangan nggoblok-goblokkan gitu, dong! Orang-orang di luar Jawa seperti di Papua yang harga BBM seliter sudah 15.000 rupiah saja enggak protes! Ini baru naik jadi 8.500 rupiah saja sudah kecangkeman!"

"Lha kamu kok ikut-ikutan pekok, to. Kalau BBM seharga 5.500 rupiah saja di Papua jadinya 15.000 rupiah, apalagi jika harganya 8.500 rupiah. Kamu bisa hitung-hitungan to?"

Dhani mukanya memerah. Ia menyeruput segelas teh di depannya, tapi langsung njumbul sambil misuh-misuh. Teh tersebut masih sangat panas untuk bibir dan lidahnya. Mulyadi cuma tertawa.

"Mul, kamu harus adil! Siapa presiden di Indonesia ini yang belum pernah menaikkan harga BBM?!"

"Kamu jangan sensi, dong. Soeharto dulu diturunkan juga salah satunya dengan isu BBM. SBY dihina sampai sehina-hinanya bahkan disamakan dengan kerbau juga karena BBM. Lha kok giliran Jokowi, situ jadi salah tingkah?!"

Mendengar jawaban itu, muka Dhani makin pating-pecothot. "Begini lho, Muuuuul! Ini soal subsidi yang harus diluruskan."

"Bentar, Dhan. Kamu itu dari semalam bengak-bengok soal subsidi, tahu enggak kalau satu-satunya kemampuan negara ini terhadap rakyatnya tinggal soal subsidi. Nah kalau yang satu itu tidak dipenuhi, buat apa negara? Coba perhatikan, negara ini melindungi rakyatnya saja enggak mampu, mencerdaskan rakyatnya juga tidak sanggup, menghibur rakyatnya juga tangeh lamun. Kemampuannya tinggal memberi subsidi!"

Gigi Dhani kerot-kerot. "Kamu pikir kalau Prabowo yang jadi presiden terus BBM enggak naik gitu?!"

"Lho apa urusan obrolan kita dengan Prabowo? Move on, dong. Jangan mengalihkan isu. Lagian coba kamu ingat, dulu partai apa yang saat BBM mau naik, terus menolak, menolak. Bahkan sampai pasang spanduk-spanduk di semua wilayah. Kepala-kepala daerah dari partai tersebut membuat pernyataan menolak harga BBM. Partai apa itu? Lha sekarang kok kebalikannya? Politik di Indonesia itu politik mencla-mencle!"

"Setidaknya kamu harus mengapresiasi Jokowi. SBY kan peragu. Ini Jokowi berani memutuskan. Tidak ada keraguan!"

"Lha kalau begitu urusannya, kamu juga harus berani mengapresiasi mantan pacarmu."

"Lho, kok bisa?" tanya Dhani dengan muka heran.

"Sebab dia telah berani memutuskan, tanpa ragu-ragu, kamu tidak lagi menjadi pacarnya!"

"Jancuuuuk!"

*sumber: http://mojok.co/2014/11/dialog-dua-aktivis-soal-harga-bbm/



RSSFWD - From RSS to Inbox
3600 O'Donnell Street, Suite 200, Baltimore, MD 21224. (410) 230-0061
WhatCounts
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

PETA MEDAN JOHOR

PETA MEDAN JOHOR

REAL COUNT PILGUBSU 2018

REAL COUNT PILGUBSU 2018
DPC PKS Medan Johor by Zul Afkar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. DPC PKS Medan Johor - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Zoel Afkar MK